Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tiba-tiba menjadi wajah sampul (cover) dari sebuah tabloid yang tersebar di Malang, Jawa Timur (Jatim). Apakah Anies sekarang menjadi cover boy yang kariernya bakal menjanjikan dan melejit di masa depan?
“I know I’m the most influential. That TIME cover was just confirmation” – Kanye West, “Saint Pablo” (2016)
Potongan lirik dari lagu Kanye West yang berjudul “Saint Pablo” di atas mungkin bisa menunjukkan bagaimana sampul (cover) majalah dan tabloid memiliki dampak dan pengaruh yang besar. Ya, bayang-in aja. Untuk bisa masuk di cover majalah TIME, tentu harus memiliki pengaruh yang besar juga di masyarakat.
Ye alias Kanye West, misalnya, dikenal sebagai salah satu penyanyi rap (rapper) yang paling kreatif. Nggak hanya membuat lirik dan rima, Ye sebagai produser musik juga dikenal pandai dalam merangkai musik sehingga menjadi sebuah beat yang dope (keren).
Di luar industri musik, Ye juga dikenal kreatif dalam hal desain. Desain sepatu kerja samanya dengan Adidas yang dikenal sebagai Yeezy, misalnya, menjadi incaran banyak anak muda di seluruh dunia.
Hmm, terlepas dari karier Ye yang emang udah moncer, kenapa sih sang rapper masih aja pamer bila masuk cover majalah TIME? Mungkin, Carolyn Kitch dalam tulisannya yang berjudul The Girl on the Magazine Cover: The Origins of Visual Stereotypes in American Mass Media punya jawabannya.
Se-enggak-nya, cover majalah menjadi gambaran akan budaya populer – atau disebut sebagai popular culture imagery. Gambar yang ditampilkan menggambarkan persepsi publik atas situasi yang ada di masyarakat.
Nah, mungkin, persepsi populer demikian yang juga muncul di cover tabloid di Malang, Jawa Timur (Jatim), yang memunculkan sosok Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai cover boy. Meski ini akhirnya dipersoalkan, imagery itulah yang ingin ditampilkan oleh sejumlah elemen publik.
Hmm, kalau gitu, mungkinkah tabloid yang menampilkan Anies itu bisa benar-benar menunjukkan persepsi populer sepenuhnya? Mungkin, semua itu tergantung kembali pada citra apa yang ingin ditampilkan oleh Anies – misal untuk menuju Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Hati-hati lho, Pak Anies. Banyak politisi yang awalnya baik tetapi berubah “wajah” di akhir cerita. Harvey Dent – salah satu karakter di Batman – misalnya dulunya terkenal sebagai politikus bersih tetapi akhirnya berubah karena kekejaman dunia itu sendiri.
Wah, apakah Anies tetap menjadi Anies yang kini bila nanti bisa melaju di Pilpres 2024? Atau mungkin malah berubah layaknya politisi-politisi lain? Hmm, mari kita tunggu saja. (A43)