Selain sebutan “janda” yang dilontarkan Bima alias Awbimax Reborn, Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri juga kerap mendapat sebutan lain – mulai dari “emak banteng”, “ratu preman”, hingga “Mega-chan”.
“ね可愛いでしょ?”
“Ne kawaii desho?” begitu kurang lebih bunyi kalimat yang diucapkan seorang anak kecil perempuan yang sempat viral di media sosial (medsos). Dalam video itu, anak kecil tersebut bertanya apakah pakaian yang digunakannya terlihat lucu (kawaii).
Banyak orang pasti bilang kalau video itu memang terlihat kawaii. Lagipula, Jepang sendiri kini memang dikenal dengan berbagai sumber ke-kawaii-an. Semua-semuanya serba kawaii.
Kalau nggak percaya, coba aja tuh tonton serial anime yang judulnya Spy x Family (2022). Di situ, Anda akan disajikan dengan cuteness overload dari karakter yang bernama Anya Forger.
But ini semua ada sejarahnya lho. Jepang nggak serta merta mengadopsi unsur-unsur budaya seperti kawaii secara tiba-tiba – mengingat Jepang merupakan negara imperial yang ekspansionis pada awal hingga pertengahan abad ke-20, yakni ketika Perang Dunia II berkobar.
Budaya-budaya kawaii ini – mengacu ke tulisan Kumiko Sato yang berjudul From Hello Kitty to Cod Roe Kewpie: A Postwar Cultural History of Cuteness in Japan – berkembang di era pasca-Perang Dunia II, yakni saat Jepang mulai menyadari bahwa untuk bergantung kepada Amerika Serikat (AS) secara politik dan ekonomi adalah satu-satunya cara untuk bertahan.
Transisi dari budaya keras yang militaristik di era Kekaisaran Jepang mulai bergeser ke pasifisme, menurut Sato, dapat dilihat melalui kehadiran kaisar yang “kawaii” di akhir era Shōwa. Budaya ke-kawaii-an ini akhirnya banyak berkembang juga di budaya populer Jepang hingga kini.
Nah, bisa dibilang, tumbuhnya budaya ke-kawaii-an di Jepang juga memenuhi purpose tertentu di era pasca-Perang Dunia II. Jepang yang begitu keras dan menyeramkan kala itu kini berubah menjadi Jepang yang begitu kawaii dan bersahabat.
Mungkin, hal yang sama juga berlaku nih buat entitas-entitas politik domestik dalam negeri di Indonesia – katakanlah Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri. Gimana nggak? Kini, selain sempat dijuluki “janda” oleh TikToker bernama Bima Yudho Saputro (Awbimax Reborn), Bu Mega juga kerap disebut dengan julukan “Mega-chan” lho.
Well, terlepas dari fakta bahwa sebutan itu hanya sebuah meme, nama “Mega-chan” jelas terinspirasi dari budaya kawaii ala Jepang. Bukan nggak mungkin, justru ini jadi kesempatan lho buat partai politik (parpol) berlambang kepala banteng itu.
Kan, selama ini, PDIP kerap dilihat sebagai parpol yang dominan di era pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Layaknya Jepang, alangkah baiknya bila PDIP juga mengadopsi budaya ke-kawaii-an yang dianggap lebih pasifis.
Lagipula, banyak lho generasi muda – Milenial dan Generasi Z – yang merasa lebih relatable dengan unsur budaya kawaii dan anime ala Jepang. Siapa tahu kan bisa makin kenceng tuh suara PDIP di pemilih-pemilih baru? Bukan begitu, Bu? 👀 (A43)