“Salah satu asas perlindungan anak adalah non-diskriminatif. Tapi kalau ada privilese seperti ini, jangan-jangan ini malah bisa dinilai publik sebagai bentuk perlakuan mengistimewakan” – Reza Indragiri Amriel, Konsultan Yayasan Lentera Anak
Seto Mulyadi yang kerap disapa Kak Seto mendapat atensi publik karena mengunjungi Irjen Ferdy Sambo. Menurut Kak Seto, kehadirannya terkait tanggung jawab sebagai Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI).
Dalam pertemuan itu, Kak Seto menyampaikan bahwa Sambo sempat menangis karena perhatian yang diberikan terhadap anak-anaknya. Selain itu, LPAI juga berjanji akan memberikan pendampingan psikologis agar anak-anak Sambo terhindar bullying.
Sedikit memberikan informasi, Sambo dan Putri Candrawathi memiliki empat orang anak. Anak tertua sudah berusia di atas 18 tahun. Dalam konteks inilah Kak Seto hadir untuk memberikan perlindungan.
Kehadiran Kak Seto ini bukan tanpa kritik. Beberapa orang menilai sikap Kak Seto ini tidak adil dan akan memberikan kesan pilih kasih di tengah masyarakat.
Konsultan Yayasan Lentera Anak, Reza Indragiri Amriel menyebutkan bahwa memberikan perlindungan kepada anak-anak yang berada dalam kondisi rentan memang wajib. Namun, jika terkesan eksklusif maka akan dinilai publik sebagai bentuk privilege tersendiri.
Reza yang juga ahli psikologi forensik mengatakan, dalam kasus yang lain kenapa hal semacam memberikan keistimewaan ini tidak terlihat. Semisal, anggota keluarganya yang terlibat terorisme, seolah tidak ada kewajiban untuk melindungi anak-anak mereka.
Nah, pernyataan ini wajar, karena masyarakat pastinya akan membandingkan sikap Kak Seto dengan penanganan dan perlindungan yang dilakukan terhadap anak-anak keluarga tersangka yang mungkin bukan dari keluarga yang diperhitungkan. Ini pastinya akan terkesan diskriminatif loh.
Anyway, apa ada maksud di balik sikap kak Seto yang terang-terangan datang ke Ferdy Sambo? Kok jadi curiga, apa ini bagian dari strategi intelijen untuk menggali informasi lebih banyak terkait kasus yang melibatkan Sambo?
Coba deh kita lihat, kehadiran Kak Seto emang agak samar dan sulit ditafsirkan kalau ia punya kepentingan di luar konteks sebagai duta perlindungan anak.
Bisa saja, sikap Kak Seto yang seolah menjadi daycare atau semacam tempat penitipan anak, secara tidak langsung akan menguntungkan karena mampu menggali informasi lebih dalam dan tajam dibanding informasi yang sudah didapat oleh tim penyidik Polri. Hehehe.
Salah satu hal yang sering tidak disadari, tetapi masuk akal adalah bahwa anak-anak yang sudah bisa berbicara, cenderung berbicara agak banyak kepada pengasuh di daycare. Hal ini adalah fenomena yang lumrah ditemui di setiap tempat penitipan anak.
Artinya, jika anak mendengar percakapan pribadi Bunda dengan Ayah di rumah, bisa jadi ia akan mengatakannya pada pengasuh secara sengaja maupun tidak sengaja.
Bayangkan jika tugas kak Seto sebagai orang yang dipercaya untuk dititipkan anak Sambo, juga sekaligus menjadi whistleblower dalam mengungkapkan kasus Sambo ini.
Oh iya, bagi yang belum tau whistleblower, sederhananya ini dapat dimaknai sebagai pelapor tindak pidana yang mengetahui dan melaporkan tindak pidana tertentu, dan bukan bagian dari pelaku kejahatan yang dilaporkannya.
Hmm, kok unpredictable banget ya? Tapi jika Sambo baca tulisan ini, mungkin ia akan mengurungkan niat menyerahkan perlindungan anak-anaknya kepada Kak Seto karena tau kak Seto sebenarnya intelijen. Uppss. Hehehe. (I76)