Persaingan kampus sudah berkembang bukan hanya pada lingkup akademis, melainkan juga politik. Hal ini terbukti dengan pernyataan Arsul Sani, Wakil Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan alumni Universitas Indonesia (UI), yang menyindir presiden janganlah selalu alumni Universitas Gadjah Mada (UGM). Lantas, seberapa besar peran alumni UGM dalam panggung politik?
Pernyataan menarik keluar dari ucapan Arsul Sani, Wakil Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), yang menginginkan presiden periode 2029-2034 merupakan alumni Universitas Indonesia (UI). Kemungkinan ini merupakan kritik atas dominasi Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam persaingan politik, tepatnya pada pencalonan di setiap pemilihan presiden (pilpres).
Sebagai contoh, Presiden Joko Widodo (Jokowi) merupakan alumni UGM, dan berbagai kandidat presiden yang masuk bursa pencalonan seperti Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga merupakan alumni UGM.
Persaingan UI dan UGM rupanya tidak hanya berhenti dalam dunia akademik saja. Persaingan ini menjalar menjadi persaingan politik para alumni. Hal ini memang mudah ditebak, karena dukungan alumni pada dasarnya akan membangkitkan sentimen tersendiri yang mudah dimobilisasi.
Bahkan jika ditelisik lebih dalam, pada Kabinet Indonesia Maju, banyak menteri pilihan Presiden Jokowi yang merupakan alumni UGM loh. Setidaknya sudah ada sembilan menteri alumni UGM di kabinet periode kedua Presiden Jokowi.
Mereka adalah Budi Karya Sumadi, Airlangga Hartarto, Retno Marsudi, Mahfud MD, Pratikno, Basuki Hadimuljono, Terawan, Pramono Anung, dan Muhadjir Effendy. Bahkan, Presiden Jokowi sendiri juga merupakan lulusan Fakultas Kehutanan UGM.
Sebagai alumni UI, melihat deretan nama-nama itu yang tampaknya membuat Arsul Sani tergerak dan berkeinginan agar alamamaternya juga menjadi pemain kunci di pemerintahan. Bagaimana pun, ini tidak hanya soal jumlah. Ini bukan soal almamater mana yang paling banyak menyumbang menteri.
Ini juga soal prestise. Sebuah politik simbol untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh almamater dan alumninya untuk menjadi pemain kunci dalam perpolitikan nasional.
Jika depannya harapan Arsul Sani terwujud, bukan tidak mungkin akan ada geng UI, sebagaimana geng UGM saat ini. Ke depannya, dua kampus ternama ini mungkin akan bersaing dalam melahirkan elite-elite politik. Kita lihat saja. (I76)