Site icon PinterPolitik.com

Jurus Samurai ala Menteri Pertanian SYL

Jurus Samurai ala Menteri Pertanian SYL

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL). (Foto: Humas Kementan)

“Control oil and you control the nation; control food and you control the people” – Henry Kissinger, diplomat asal Amerika Serikat (AS)


PinterPolitik.com

Gengs, ada yang tahu samurai nggak? Pasti tahulah minimal dari gambar atau film Inuyasha. Nah, samurai di Jepang memiliki dua senjata. Di antaranya adalah senjata panjang bernama katana dan senjata yang lebih pendek bernama tanto.

Perbedaannya bukan hanya ukuran, tapi juga fungsi. Kalau katana dipakai buat menuntaskan misi, maka tanto hanya dipakai apabila pendekar samurai gagal dalam misi tersebut untuk seppuku atau bunuh diri.

Tradisi ini berjalan beradab-abad lamanya untuk mengingatkan para samurai supaya jangan sampai gagal. Mereka yang gagal pasti menanggung malu yang teramat dalam. Dan, pilihannya cuma dua: dipenjara atau mati di tangan sendiri. Karena mungkin budaya malunya tinggi, rata-rata penggunaan tanto adalah pilihan utama.

Ngeri sih, cuy, tapi harus mimin akui kalau ternyata budaya malu tersebut menginspirasi Jepang sampai berjaya seperti sekarang ini. Ya, meski sudah tidak pakai cara bunuh diri, tetap saja hampir semua pejabat Jepang memiliki rasa malu yang sama tebalnya kok.

Sebagai ganti dari seppuku, para pejabat yang menganggap dirinya gagal tidak sungkan-sungkan untuk mengundurkan diri dari kursi empuknya. Mantan Menteri Perdagangan dan Industri Jepang Yuko Obuchi, misalnya, mundur hanya sebab terbukti menggunakan anggaran negara untuk mentraktir beberapa relawan.

Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Yaelah, malah mimin yang jadi malu kalau bahas pejabat kita nih. Bagaimana tidak? Hampir mereka biasa aja kok kalau terbukti gagal menjalankan tugas.

Alih-alih meminta maaf atau apa kek, eh justru malah membangun opini seakan yang salah ‘si itu’ atau yang keliru ‘si ini’. Jadi, bukan budaya malu yang terbit, melainkan budaya menyalahkan orang lain dan membela diri.

Namun, meski begitu, cuy, kayaknya bakal ada sejarah baru tercipta deh, di mana salah satu menteri di pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) siap mengundurkan diri apabila tidak mencapai target kerja. Adalah Menteri Pertanian kita, Pak Syahrul Yasin Limpo (SYL), yang bilang, “Makan rakyat nggak boleh tergerus sedikit pun, dan itu kami jamin. Kalau tidak, mundurkan saya dari Menteri Pertanian.”

Idih, keren banget Pak Syahrul. Sebenarnya kalau dilihat dari soal ‘undur diri’ sudah ada sih beberapa menteri di era sebelumnya, tetapi mereka mundur bukan sebab gagal menjalankan tugas melainkan karena kepentingan lain atautersandung kasus – mulai dari Khofifah Indar Parawansa yang akhirnya menjadi Gubernur Jawa Timur (Jatim) sampai Idrus Marham yang mundur sebab sedang fokus ngelarin kasusnya.

Nah, mimin jadi salut sama Pak Syahrul bukan pada soal mundur saja, tetapi ada hal yang menjadi target tugas. Tapi,sebentar. Dalam perkataan Pak Syahrul sewaktu rapat kerja (raker) dengan Komisi IV DPR RI ada kalimat “Maafkan saya, ini baru saya ungkapkan,” nih, cuy.

Mimin mulai bertanya-tanya: kok baru sekarang dia bilangnya? Apakah ini murni naluri sebagai pengabdi negara atau ada faktor lain ya? Bahkan, pikiran nakal mimin sampai mengaitkan statement Pak Syahrul dengan pembangunan food estate di Kalimantan Tengah, di mana dalam skema pembangunannya, Pak Jokowi justru hanya mengajak Menteri Pertahanan(Menhan) Prabowo Subianto, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.

Jadi, Pak Mentan ini nggak diajak gitu lho, cuy, padahal dia kan yang ngurus soal pertanian termasuk pangan. Wah, ada apa nih?

Sayang sekali lho kalau Mentan tidak dilibatkan dalam skema Presiden Jokowi tersebut. Tapi, terlepas dari itu semua, pokoknya mimin salut kalau sampai Pak Syahrul komitmen dengan kalimatnya, jangan kayak para pendahulu ya. Upsss. (F46)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Exit mobile version