HomeCelotehJokowi Perlu Belajar ke Mbappé-Hakimi?

Jokowi Perlu Belajar ke Mbappé-Hakimi?

Kita tahu bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) suka melakukan blusukan. Namun, ternyata, oh, ternyata, ada yang lebih jago blusukan, yakni dua pemain sepak bola profesional yang bernama Kylian Mbappé Lottin dan Achraf Hakimi.


PinterPolitik.com

“The personal stats are good, but the collective is better” – Kylian Mbappé Lottin, pemain sepak bola profesional asal Prancis

Di akhir tahun 2022 kemarin, kita dihebohkan dengan pertandingan-pertandingan sepak bola yang digelar dalam rangkaian kegiatan Piala Dunia 2022 di Qatar. Berbagai kejutan pun terus bermunculan di setiap babak turnamen global ini.

Pada pertandingan final antara tim nasional (timnas) Argentina dan Prancis, misalnya, muncul satu pemain yang tampak sangat bersinar. Siapa lagi kalau bukan Kylian Mbappé Lottin?

Pemain striker timnas Prancis satu ini dinilai memainkan permainan yang sangat ciamik dalam membobol gawang Argentina. Gimana nggak? Mbappé menjadi satu-satunya pemain Prancis yang menggolkan tiga skor (hat-trick) di babak kedua – merupakan sebuah comeback epik dari Prancis yang sempat ketinggalan dua gol di babak pertama.

Nggak heran sih kalau banyak orang menilai bahwa Mbappé merupakan pemain muda yang bakal bisa menjadi pemain besar di masa depan. Mbappé pun mendapatkan penghargaan Golden Boot di turnamen ini.

Selain itu, kisah Mbappé di Piala Dunia 2022 tidak hanya berhenti di persoalan kemampuannya, melainkan juga bagaimana dirinya masih berkomunikasi dengan teman se-tim-nya di Paris Saint-Germain F.C. (PSG) – bernama Achraf Hakimi – yang bermain untuk Maroko ketika melawan Prancis di semifinal.

Mbappé dan Hakimi bisa dibilang merupakan dua orang sahabat yang kerap menghabiskan waktu bersama. Bahkan, ketika liburan ke New York, Amerika Serikat (AS), mereka pun pergi berjalan-jalan berduaan.

Baca juga :  Rumah Jokowi “Diseruduk” Banteng?
Kylian Mbappe quote

Hmm, uniknya, nggak ada orang yang tahu kalau dua orang ini adalah dua pemain profesional. Ya, iyalah. Wong mereka pakai jaket dan hoodie yang menutupi muka mereka. Selain itu, mereka juga menggunakan masker.

Tujuannya sih, supaya tidak ada orang yang mengganggu liburan mereka di New York. Ya, kali, masa liburan harus terganggu sama para fans juga?

Hmm, kalau dipikir-pikir, mungkin, apa yang dilakukan Mbappé dan Hakimi ini adalah blusukan yang sebenarnya kali ya? Lha, gimana? Secara nggak langsung, kan, mereka jadi tahu kehidupan sehari-hari New York yang sebenarnya – tanpa harus tertutupi oleh “gimmick” apapun.

Boleh jadi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meniru cara Mbappé dan Hakimi nih. Kan, Pak Jokowi suka blusukan juga, toh? Lumayan, nanti jadi bisa tahu gimana kondisi masyarakat yang sebenarnya – tentunya tanpa bagi-bagi sembako atau kaos ya, Pak. Hehe.

Atau nih, sebenarnya, apa yang perlu dipelajari dari Mbappé dan Hakimi bukanlah hanya soal blusukan-nya aja nih, Pak. Kekompakan duo teman setim ini tampaknya juga perlu ditiru Pak Jokowi – katakanlah dengan memperbanyak blusukan bersama Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin.

Pasalnya, belajar dari negara-negara lain seperti AS, wapres di sebuah negara demokratis memiliki peran penting untuk menggantikan presiden ketika tidak available – mengacu pada buku Michael Nelson yang berjudul Choosing the Vice President.  

Kan, kasihan ya Pak Kiai Ma’ruf. Makin ke sini, kok ya makin jarang terlihat bersama Pak Jokowi? Hehe. Lagipula, masa iya teman se-tim jauh-jauhan dan jarang ketemu sih? Ya nggak, guys? (A43)


spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?