Nama mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno kembali disebut oleh mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Maritim) Rizal Ramli di tengah berbagai persoalan keuangan yang menghantui proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Apakah Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali membutuhkan Rini?
Mantan. Terkadang, kata itu muncul dan menghantui kehidupan kita di masa kini dan masa mendatang. Hanya dengan satu kata, mood dalam sekejap langsung berubah total. Yup, mantan.
Ya, gimana nggak menghantui? Mereka lah yang kerap tiba-tiba muncul di pikiran kita meskipun raga mereka tidak di sisi kita lagi. Ceilah, jadi galau. Huhu.
Kenangan mantan ini bisa dibilang menjadi kenangan yang susah dilupakan – apalagi mantan yang dianggap sebagai mantan terindah. Hmm, mimin jadi ingat sebuah lagu kala muncul kata-kata tersebut.
Ada tuh lagu yang judulnya “Mantan Terindah” (2013) dari Raisa. Beuuh, kalau mendengarkan lagunya tuh, rasa sedih meluap-luap tuh di hati mimin. Ya, mau dikatakan apa lagi lah ya? Huhu.
Ngomong–ngomong soal mantan nih, bayang-bayang sosok mantan seperti ini sepertinya juga berlaku lho di dunia politik dan pemerintahan. Kalau nggak percaya, coba tuh tanya Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Puan Maharani. Pasti tuh bayang-bayang mantan presiden – yakni Soekarno – selalu muncul di banyak baliho kawan-kawan PDIP. Hehe.
Ya, terlepas dari bayang-bayang Bung Karno di PDIP, pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) kini sepertinya juga tengah dibayangi oleh bayang-bayang mantan juga nih, yakni mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno.
Gimana nggak? Warisan (masalah) Bu Rini ini sepertinya masih terasa hingga kini lho. Salah satunya adalah proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang dikerjakan oleh konsorsium antara sejumlah BUMN dan China Railways, yakni Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC).
Baca Juga: Erick Thohir “Kubur” Warisan Rini?
Menariknya, KCJB kini menghadapi berbagai persoalan keuangan. Mengacu pada Menteri BUMN Erick Thohir, proyek itu kini mengalami kekurangan ekuitas dasar (base equity), pembengkakan biaya (cost overrun), dan defisit kas (cash deficit).
Atas dasar itu pula, Kementerian BUMN juga mengusulkan penyertaan modal negara (PMN) melalui PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebesar Rp 8,46 triliun. Kabarnya, ekuitas dasar KCJB ini mengalami tekanan akibat pandemi Covid-19.
Namun, terlepas dari solusi itu, mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Maritim) Rizal Ramli meminta agar Bu Rini tidak ngilang. Hmm, apa iya nih pemerintahan Pak Jokowi bakal membutuhkan Bu Rini lagi nih?
Lagipula, Bu Rini dulu kan semacam menteri yang sakti tuh. Meskipun sering diterpa isu reshuffle, Bu Rini dulu tetap bertahan menjadi Menteri BUMN. Sampai-sampai nih, dulu ada istilah “Trio Macan”.
Kata pakar hukum tata negara, Refly Harun, “Trio Macan” ini merupakan tiga sosok yang dinilai dekat dengan Pak Jokowi, yakni Luhut Binsar Pandjaitan yang kala itu menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Andi Widjajanto yang saat itu adalah Sekretaris Kabinet (Seskab) dan Bu Rini. Hmm, apa mau nih reuni “Trio Macan” lagi? Hati-hati ada banteng lho. Hehe.
Ya, terlepas dari istilah “Trio Macan” itu, semoga aja Bu Rini bisa ngasih klarifikasi nih terkait proyek KCJB. Mungkin, bisa juga nih ngikutin jejak Pak Luhut buat datang ke podcast Deddy Corbuzier. Hehe. (A43)
Baca Juga: Gaya “Lumba-lumba” Rini Soemarno
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.