Site icon PinterPolitik.com

Jokowi-Ma’ruf “Gagal Bahagia”?

Jokowi-Ma’ruf “Gagal Bahagia”?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin. (Foto: CNN Indonesia)

“Tiga tahun ini saya pikir pemerintah sibuk belanja semen, batu, pasir, besi untuk bangun infrastruktur fisik yang terbukti tidak mampu mendorong pertumbuhan ekonomi lebih baik. Pemerintah gagal membahagiakan rakyat dengan kehidupan lebih baik,” – Irwan, Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat


PinterPolitik.com

Baru-baru ini, muncul kritikan atas kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin yang telah menjabat selama tiga tahun. 

Partai Demokrat melalui Wakil Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP Irwan mengatakan bahwa pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin gagal membahagiakan rakyat. Ia menilai pemerintah saat ini hanya sibuk mengurus masalah pembangunan infrastruktur yang terbukti tidak mampu mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik. 

Sedikit memberikan konteks, pada tanggal 20 Oktober 2022 kemarin, pemerintahan Jokowi-Ma’ruf genap berusia tiga tahun selama periode kedua. Jokowi-Ma’ruf resmi dilantik sebagai presiden dan wapres pada 20 Oktober 2019. 

Kritik pengurus Demokrat ini cukup filosofis. Bayangkan saja, jika masyarakat sebagai warga negara tidak mendapatkan kebahagiaan dari negara, bisa jadi negara dianggap tidak menjalankan esensinya. 

Galiya Kurmangaliyeva dan Aslan Azerbayev dalam tulisannya Al-Farabi’s Virtuous City and its Contemporary Significance menjelaskan konsep dasar negara secara esensial menurut filosof Al-Farabi. 

Bagi Al-Farabi, negara bertujuan untuk mencapai kebahagiaan manusia yang hanya dapat diaktualisasikan dalam masyarakat berdasarkan pada gotong royong dan solidaritas, yang mana seorang pemimpin mempunyai tanggung jawab etis dan politik sekaligus untuk menjamin hal tersebut.

Anyway, jika menggunakan pendekatan idealistis, maka yang kita temukan adalah apa yang seharusnya perlu dilakukan oleh pemerintah sebagai penyelenggara negara haruslah sesuai dengan prinsip-prinsip filosofis seperti di atas. 

Tapi, ada pendekatan lain yang bisa kita lihat dari fenomena kritik tajam Demokrat terhadap pemerintahan Jokowi-Ma’ruf, yakni pembuatan narasi yang mendiskreditkan pemerintah melalui istilah “gagal bahagia”. 

Anies Pamitan Ke Jokowi

Persoalan ini mirip dengan istilah schadenfreude dalam ilmu psikologi. Istilah yang diambil dari bahasa Jerman ini secara harfiah berarti “membahayakan kegembiraan” dan mengacu pada tindakan menikmati kemalangan orang lain. 

Dalam sebuah jurnal psikologi dengan tema Personality and Individual Differences, diulas persoalan schadenfreude yang bermuara pada faktor likeordislike individu maupun kelompok terhadap yang lain. 

Sederhananya, narasi semacam ini wajar jika dimunculkan oleh Demokrat karena mereka merupakan partai oposisi pemerintahan dan mengklaim rakyat tidak bahagia, mungkin akan menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Demokrat. Hehehe

By the way, jika kritik ini disadari Jokowi, mungkin Bapak Presiden akan membalas dengan menyanyikan lagu dari Armada  yang berjudul “Asal Kau Bahagia” dengan penggalan lirik yang berbunyi: 

Katakanlah sekarang

Bahwa kau tak bahagia

Aku punya ragamu

Tapi tidak hatimu

Kau tak perlu berbohong

Kau masih menginginkannya

Ku rela kau dengannya

Asalkan kau bahagia 

Sebagai penutup, jadi ingat ungkapan altruistis tentang kebahagiaan. Sejatinya kebahagiaan itu akan muncul jika melihat orang lain bahagia. Apakah mungkin etika semacam ini hadir di panggung politik kita? Uppsss. Hehehe. (I76)


Exit mobile version