Site icon PinterPolitik.com

Jokowi-Luhut ‘Mirip’ Majapahit?

Siasat PKS di Kasus Ali Jaber

Presiden Joko Widodo (Jokowi) ketika melantik Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada bulan Oktober 2019 lalu. (Foto: Facebook/Luhut Binsar Pandjaitan)

“Beri mereka perintah dan penuhi kebutuhan mereka. Dengan demikian Anda meningkatkan kekuatan intelijen Anda dua kali lipat” – Sun Tzu, Jenderal asal Tiongkok


PinterPolitik.com

Gimana menurut kalian hubungan antara Pak Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi)? Ya, memang kali ini sebelum fokus pada Luhut-Jokowi relationshipmimin mau cerita sedikit tentang goal relationship antara Raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada.

Jelas kalian semua tahu duet maut kerajaan Majapahit itu kan? Sebagai yang lebih dulu mengarungi haru biru pemerintahan Majapahit, Gajah Mada yang sudah mengabdi pada Ratu Tribhuana Tunggadewi – ibunya Hayam Wuruk – kelihatan lebih powerful.

Makanya, nggak heran kalau cerita-cerita tentang Majapahit selalu menempatkan Gajah Mada sebagai aktor yang kedigdayaannya melampaui raja. Sampai sekarang toh begitu kan.

Jadi, benang merahnya ialah segi pengalaman merupakan faktor utama di balik kemonceran ‘pengaruh’ seseorang. Meski demikian, bukan berarti Hayam Wuruk nggak keren. Sebagai raja, tentu ia mewarisi dan memiliki banyak kharisma.

Hanya saja raja zaman dahulu kan karakternya memang begitu: memberi titah dari kursi empuknya. Sementara, babagan eksekusi lapangan, jelas anak buah saja. Demikianlah, semua memang sudah ada porsinya.

Dari kisah demikian, kayaknya kita akan lebih mudah membaca relasi Presiden Jokowi dengan Menko Marvest Luhut Binsar Pandjaitan. Secara nama, Pak Luhut mirip seperti Gajah Mada yang menang telak dibanding penguasanya sebab faktor pengalaman atau ‘lebih lama’ memasuki gelanggang pemerintahan dan perpolitikan.

Sementara, Pak Jokowi ya selayaknya Raja Hayam Wuruk – yang harus menjaga marwah dan kharisma lewat kewenangannya – memberi perintah dari kursi kekuasaannya. Nggak perlu repot-repot turun langsung selama masih ada mahapatih.

Pendapat mimin demikian bisa kalian temui dalam pemberitaan yang baru-baru ini meramaikan lini masa, yaitu Presiden Jokowi yang memerintahkan Pak Luhut untuk segera melakukan tindakan taktis supaya dapat mengatasi kebandelan biang kerok Covid-19 di sembilan provinsi rawan meliputi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Bali, Sumatera Utara, dan Papua.

Pertanyaannya, kenapa kok harus Pak Luhut? Kok nggak menteri yang lain? Usut punya usut, Pak Luhut ini dikenal sangat lihai menghadapi banyak kasus. Mungkin, Pak Jokowi berpikir bahwa kesuksesan Pak Luhut tersebut bisa juga dilanjutkan dalam penanganan kasus Covid-19 ini.

Selain itu, memang ada yang lebih kuat dari Pak Luhut? Hehe. Saking besar pengaruh yang dimilikinya, sampai-sampai para netizen pernah menyebut Pak Luhut lebih berkuasa (secara informal) daripada presiden, cuy.

Netizen menahbiskannya sebagai ‘Lord Luhut’. Ada-ada aja ya netizen negara ber-flower nih.

Nah, mungkin hanya Pak Luhut yang bisa membuat bulu kuduk warga merinding sehingga harapannya semua pihak akan patuh tanpa membantah. Cerdas juga nih Pak Jokowi menunjukkan kelasnya sebagai raja. Hehe. (F46)

Exit mobile version