Site icon PinterPolitik.com

Jokowi Kalah Taruhan dengan Megawati?

jokowi kalah taruhan dengan megawati

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) duduk bersama sembari berbincang dengan Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri (kiri) saat meninjau Persemaian Modern Rumpin, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada 10 Maret 2022 lalu. (Foto: BPMI Setpres)

Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri menyinggung soal tantangan “taruhan” antara dirinya dengan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Apa “taruhan” yang dimaksud oleh Megawati?


PinterPolitik.com

“Bet a boy get scurred. Don’t run up in my lane. I don’t want you in my lane. You a lame. Get swerved” – Aminé, “Caroline” (2016)

Waktu itu, pada tanggal 22 November 2022, ada sesuatu hal yang tidak terduga terjadi. Di sebuah kota bernama Lusail di Qatar, sebuah pertandingan berujung pada hasil yang mengejutkan banyak orang.

Pertandingan itu adalah sebuah pertandingan antara dua tim nasional (timnas) sepak bola, yakni Argentina dan Arab Saudi, guna memperebutkan tiket ke babak selanjutnya di antara tim-tim lainnya di Grup C Piala Dunia Qatar 2022

Gimana nggak? Timnas Argentina yang digadang-gadang menjadi tim jagoan banyak orang ternyata harus kalah dengan Arab Saudi. Meski mulanya unggul dengan gol tendangan penalti dari Lionel Messi, Argentina harus kebobolan dua gol di awal-awal babak kedua – dari Al-Shehri dan Al-Dawsari.

Sontak saja, banyak penggemar Argentina terkejut atas kekalahan tim favorit mereka. Namun, tidak hanya para penggemarnya, mereka yang memasang taruhan untuk kemenangan Argentina pun jelas terkejut.

Memang sih, permainan taruhan seperti ini tidak selalu diketahui outcome pastinya. Walaupun beberapa faktor telah diukur, hasilnya ternyata bisa saja berujung di luar ekspektasi.

Ya, meskipun tidak ada yang tahu pasti outcome-nya, kadang kita menemukan kesenangan di balik sepak bola melalui permainan “uang” ini. Mungkin, ini karena sepak bola adalah unsur budaya yang menjadi bagian integral dari kehidupan banyak orang – sehingga bisa membuat jantung berdebar-debar saat pertandingan berlangsung.

Nah, taruhan yang bisa membuat berdebar-debar ini ternyata tidak hanya terjadi di dunia sepak bola, melainkan juga di dalam dinamika politik. Se-enggak-nya, itulah yang dirasakan oleh Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri.

Di pidatonya pada HUT ke-50 PDIP kemarin, Bu Megawati bilang kalau dirinya masih unggul dalam satu jenis “taruhan” yang dia lakukan dengan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). “Alhamdulillah, skornya sampai (saat) ini, saya masih menang,” ujar Bu Mega.

Hmm, emang-nya skor dalam apa sih? Ternyata, oh, ternyata, skor yang dimaksud adalah perlombaan jumlah daerah yang dikunjungi untuk turun ke “bawah” – alias untuk menemui masyarakat secara langsung. 

Yaelah, bilang aja maksudnya adalah blusukan, kan, Bu? Hehe. Kenapa ya PDIP ini begitu obsessed dengan blusukan? Nggak hanya Pak Jokowi, Bu Mega juga kerap minta putrinya, Ketua DPP PDIP Puan Maharani, untuk blusukan ke masyarakat.

Ya, mungkin, kalau pembuat thrill bagi mereka yang taruhan di Piala Dunia adalah sepak bola, pencipta thrill buat orang-orang PDIP adalah blusukan. Sampai-sampai, blusukan dijadikan taruhan. Mungkin lho ya. Hehe.

Boleh jadi, blusukan ini berusaha dijadikan semacam branding utama PDIP. Bila benar, blusukan menjadi ciri khas PDIP, Bu Mega mungkin ingin membangun party identification (Party ID) dari PDIP demikian.

Party ID sendiri adalah proses identifikasi bagaimana para pemilih melihat partai yang mereka pilih atau dukung. Gampangnya, bagaimana identitas partai politik (parpol) bisa sejalan dengan identitas atau jati diri yang dimiliki oleh pemilihnya.

Hmm, emang gimana Party ID yang dimiliki oleh PDIP? Apa hubungannya dengan blusukan yang kerap dilakukan oleh para penggawa PDIP ini – mulai dari Bu Mega, Pak Jokowi, hingga Mbak Puan (meski baru-baru ini)?

Mengacu pada tulisan Marcus Mietzner yang berjudul Ideology, Money and Dynastic Leadership: The Indonesian Democratic Party of Struggle, 1998–2012, PDIP memiliki Party ID yang dekat dengan sejumlah kelompok yang berbeda. Salah satunya adalah kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah (low-income) dan hanya mengenyam pendidikan dasar (basic education).

Mungkin, inilah kenapa akhirnya blusukan menjadi jenis “sport” yang diperlombakan di antara kader-kader PDIP. Blusukan bisa jadi cara para basis pemilih PDIP mengidentifikasikan diri dengan parpol pilihan mereka.

Hmm, kira-kira, siapa yang paling banyak ya skornya dalam hal blusukan? Gimana kalau, biar nggak bingung, Bu Mega bikin turnamen blusukan aja? Siapa tahu, kan, akhirnya bisa tuh menentukan pilihan calon presiden (capres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024? Hehe. (A43)


Exit mobile version