Tangkapan kamera formasi iringan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama tujuh ketua umum partai politik dianggap merepresentasi terbentuknya poros koalisi menghadapi kontestasi politik 2024. Lantas, apakah itu isyarat Jokowi melawan Megawati?
Terdapat momen menarik di acara reshuffle kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 15 Juni 2022 kemarin. Dalam acara itu, Jokowi sempat mengundang para ketua umum partai politik (ketum parpol) koalisi pemerintahan untuk makan siang bersama.
Setelah makan siang, tampak Jokowi berjalan didampingi tujuh ketum parpol menuju Istana Negara. Sebuah gambar memperlihatkan Jokowi berjalan diapit para ketum partai. Di sisi kanan Jokowi, berjalan beriringan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, Ketum PKB Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin), dan Ketum Gerindra Prabowo Subianto.
Sedangkan tepat di sisi kiri Jokowi ada Ketum Partai NasDem Surya Paloh, Ketum Golkar Airlangga Hartarto, Ketum PPP Suharso Monoarfa, dan Ketum PAN Zulkifli Hasan (Zulhas).
Sedikit memberi konteks, sebelumnya, Golkar, PAN, dan PPP telah membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
Melihat formasi ketum pada foto ini, seolah merobohkan adagium ”pena lebih tajam dibandingkan pedang”, karena rupanya ada loh yang lebih menakutkan dibandingkan dengan pena. Melampaui pena, ”gambar dapat berbicara lebih lantang dibandingkan seribu kata”.
Viva Yoga Mauladi, Wakil Ketua Umum PAN, mengatakan bahwa dari foto beriringan Jokowi bersama ketum parpol itu dapat diasumsikan menunjukkan realitas politik yang terjadi saat ini.
Seolah terdapat poros koalisi yang ingin dibentuk untuk bersaing pada Pemilu 2024 mendatang. Formasi iringan pertama, yaitu Megawati berjalan bersebelahan dengan Prabowo dan Cak Imin. Formasi ini telah terbukti dengan dideklarasikan kerja sama antara Gerindra dan PKB.
Kemudian formasi iringan kedua, yaitu Surya Paloh, Airlangga, Suharso, dan Zulhas. Santer beredar kabar bahwa NasDem akan bergabung dengan KIB. Mungkin juga akan masuk Partai Demokrat dan PKS.
Tafsir politik terhadap gambar formasi berjalan yang ditangkap oleh kamera rupanya tidak bisa dianggap remeh loh, mungkin kebanyakan dari kita hanya berpikir ini kebetulan saja. Saat ini kita memasuki abad “maha foto”, di mana kebanyakan orang termasuk politisi sangat sadar atas mahakuasa dari sebuah gambar.
Tschauhan dalam tulisannya Why Images Speak Louder Than Words, menjelaskan bahwa kamera mampu menyiratkan berbagai makna dikarenakan banyak variabel pengaruh. Pertama, dengan engagement (keterikatan) setiap pose dan formasi dalam sebuah gambar mengisahkan keterikan seseorang.
Sederhananya, seseorang akan lebih nyaman terlihat beriringan dalam kamera dengan orang yang punya ikatan dengannya. Kedua, kamera adalah visualisasi yang kuat untuk menampilkan citra yang ingin disuarakan.
Ketiga, karena gambar mempunyai makna yang universal, maka setiap orang ingin menampilkan impact (dampak) tersendiri melalui pose dalam sebuah gambar. Artinya, seseorang punya keinginan tersendiri untuk ditafsirkan dalam sebuah foto.
Wah, kalau benar begitu, realitas politik rupanya dapat disampaikan melalui foto dong. Jika benar foto ketika reshuffle kabinet adalah petunjuk dari Pak Jokowi, apa mungkin itu isyarat ia akan melawan kepentingan politik PDIP di 2024? Hehe.
Soalnya kan Pak Jokowi menjadi semacam sekat pemisah antara poros Megawati dengan Surya Paloh. Santer juga beredar kabar kalau jagoan Pak Jokowi berbeda dengan partai banteng. Hehe. (I76)