“Tetap sabar, semangat, dan tersenyum. Karena kamu sedang menimba ilmu di Universitas Kehidupan” – Dahlan Iskan, mantan Menteri BUMN
Cuy, kalian tahu kan cerita rakyat dari tanah Jawa yang menceritakan kisah Putri Roro Jongrang? Alkisah, terdapat seorang pria yang bernama Bandung Bondowoso yang sakti mandraguna manaruh hati kepada sorang putri cantik jelita yang bernama Roro Jongrang.
Suatu ketika Bandung Bondowoso yang sudah terlanjur jatuh hati, mencoba mengungkapkan isi perasaan yang dimiliki dan berkeinginan untuk mempersunting putri Roro Jonggrang, cuy. Karena Roro Jonggrang tidak menyukai Bandung Bondowoso, ya barang tentu akhirnya pinangan tersebut ditolak.
Nah, singkat cerita, sebab Bandung Bondowoso memaksa agar Roro Jonggrang menerima pinangannya tersebut, maka sang putri bersedia menerima cinta dan pinangan Bandung Bondowoso dengan memberikan syarat berupa harus membangun sebanyak seribu candi dalam satu malam.
Beeh, bayangin tuh, kalau bukan orang sakti yang punya kekuatan super dan tidak ada bantuan dari bangsa gaib, dijamin deh, gak bakal sanggup tuh menyetujui persyaratan yang diberikan. Apa lagi kalau pembangunan candinya menggunakan kontraktor lokal yang abal-abal, hadeuh, yang ada ya bisa sebulan dua bulan tuh baru jadi. Upsss, hehehe.
Nah, ternyata, lain masa tetapi sama kasus nih, gengs. Baru saja beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang Tim Riset Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran ke Istana Kepresidenan, Jakarta. Di sana, mereka semua diberikan arahan oleh Presiden dan diminta agar vaksin Covid-19 cepat tersedia – kalau bisa tiga bulan vaksin sudah harus sudah siap.
Buset dah, tak palang, Ketua Tim Riset Kusnandi dan timnya langsung memberikan jawaban, yaitu tidak menyanggupi permintaan tersebut. Tentu saja alasannya jelas ya, cuy, bahwa tenggat waktu yang diminta oleh Pak Presiden ini dirasa sangat tidak masuk akal sama sekali. Beh beh beh, hmmm. Kok kesannya seenaknya sendiri banget gitu ya.
Mimin paham sih sebenarnya kenapa Presiden ini seakan memaksa tim riset agar dalam waktu dekat vaksin ini tersedia. Pasalnya, dalam waktu dekat ini Indonesia kan sudah bakal masuk kuartal ketiga sedangkan, kalau kondisinya tetap seperti ini, ya, possibility resesi akan semakin besar.
Namun, ya gimana ya. Proses penciptaan vaksin ini malah diibaratkan seperti bikin es campur yang bisa dilakukan cepat kilat gitu. Padahal, ini semua kan ada tata caranya, terlebih ini digunakan untuk manusia loh ya.
Kalaupun nanti didesak agar prosesnya dipercepat, jika dikemudian hari ada apa-apa bagaimana? Kalau ada kesalahan, yang tanggung jawab siapa coba? Kan, bukan Pak Presiden yang disalahkan, tetapi tim riset vaksin, cuy, tentunya.
Lagian nih, pengembangan vaksin itu ada tata caranya yang sudah diatur oleh World Health Organization (WHO). Nah, dalam proses itu, semuanya tentu tidak boleh dipercepat. Sebab, nanti hasilnya tidak akan baik dan malah tidak terpantau efek samping serta manfaatnya.
Lagian nih, ini bukan zaman dahulu seperti kisah Bandung Bondowoso yang menyetujui permintaan Roro Jonggrang. Kalau dahulu mah, ada bantuan dari kekuatan gaib. Lah, kalau sekarang, kan ya beda kondisi.
Tentu Pak Presiden ingat dong dengan pepatah dari Jawa ini, “Sabar iku ingaran mustikaning laku.” Artinya adalah bertingkah laku dengan mengedepankan kesabaran itu sebuah hal yang sangat indah dalam sebuah kehidupan. Hehehe. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.