HomeCelotehJokowi ‘Ikuti’ Jejak Soekarno-Soeharto?

Jokowi ‘Ikuti’ Jejak Soekarno-Soeharto?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya mendapatkan hadiah berupa patung miniatur dari Ketua Umum (Ketum) Partai Nasdem Surya Paloh. Apakah akhirnya Jokowi bisa mengikuti jejak Soekarno dan Soeharto yang juga banyak diabadikan dalam bentuk patung?


PinterPolitik.com

Di sebuah alternate universe Bumi-45, pada tahun 3021, planet bumi telah hangus akibat pemanasan global dan perubahan iklim yang merajalela. Umat manusia pun mengalami kepunahan akibat ulahnya yang mengabaikan pertanda-pertanda alam yang telah hadir selama puluhan hingga ratusan tahun lamanya.

Meski begitu, seperti yang banyak orang yakini, kehidupan berlanjut ke sebuah dunia afterlife. Di dunia itu, semua manusia berkumpul, termasuk mereka yang sudah terlebih dahulu pergi – seperti Presiden Negara Indonesia yang pertama, Kusno, dan yang kedua, Harto.

Ketika mereka bertemu di afterlife, Kusno dan Harto pun akhirnya berbincang-bincang. Ternyata, Kusno dan Harto juga memiliki sejarah panjang ketika masih hidup dulu.


Kusno: Harto! Kau itu ya! Saya sebagai proklamator, kau penjaraken?

Harto: Lah! Habisnya, kata Paman Sam, Anda ini mau menyebarkan gagasan-gagasan yang banyak kontroversinya.

Kusno: Kau ini! Imperialis kok malah didengarkan? Memang, benar kata quote yang bilang melawan bangsa sendiri itu lebih sulit dibandingkan melawan bangsa asing.

Harto: Hmm, quote siapa kalau boleh tahu ya itu?

KusnoQuote saya dong. 

(Tiba-tiba, Mega datang dan bergabung dalam percakapan.)

Mega: Bapak, piye kabar’e

Kusno: Lho, Mega? Baik, nduk. Ini nih saya lagi ngobrol sama Harto.

Mega: Oh, tenang saja, Pak. Pak Harto ini akhirnya juga dikudeta kok. Lagipula, saya akhirnya berhasil jadi presiden. Terus, habis itu, pas tahun 2020-an, saya juga minta patungnya Bapak dibangun di setiap daerah.

Baca juga :  Dompet Berjalan Presiden RI? #PART2

Kusno: Lho, Harto jatuh juga, toh? Wah, wah.

(Tak lama, Joko juga bergabung dalam percakapan.)


Baca Juga: Jokowi Diterpa Isu Bisnis PCR?

Hadiah Nasdem untuk Jokowi

Joko: Halo, Bu Mega.

Mega: Oh, ini Pak Joko, Pak. Kenalkan. Dia presiden Negara Indonesia yang ketujuh. Di zamannya bapak ini, patung Bapak juga makin banyak.

Joko: Hehehe. Sebuah kehormatan bisa bertemu Pak Kusno.

Kusno: Lho, nggak cuma saya. Ini ada Pak Harto juga.

Harto: Kalau boleh tahu, Jok. Bagaimana kabar patung-patung saya yang menjadi pengingat penumpasan pemberontakan G 30 S?

Joko: Oh, itu. Kabarnya, Pak Harto sudah dipindahkan atas permintaan pembuat patungnya dari museum tersebut, Pak.

Harto: Lho! Kok dipindahken?!

Kusno: Hahahahahahahaha.

Joko: Mungkin, sekarang lebih nge-tren-nya “Wkwkwkwkwk.”

Kusno: Oh, begitu, Bung? Baiklah. Wkwkwkwkwkwkwk.

Harto: Cukup! Kamu kok tidak mencegahnya? Bagaimana kalau kamu? Memangnya sudah punya patung yang menjadi memori daripada jasa kamu?

(Surya pun datang dan langsung menjawab pertanyaan Harto.)

Surya: Sudah dong. Saya sudah buatkan patung buat Pak Joko. Dia berjasa karena telah menjadi sahabat Nasdem. Bahkan, bisa dibilang Pak Joko ini sudah jadi kader Nasdem dan sudah saya anggap seperti adik sendiri.

Mega: Ehem, ehem. Moso’ yo ngono?

Joko: Ya sudah. Ya sudah. Masing-masing harap sabar.

Harto: Eh, ngomong-ngomong, mengapa patung daripada Joko kakinya hanya setengah ya?

Joko: Lho, iya ya. Saya baru ngeh.

Surya: Oh itu. Semua itu ada filosofinya. Kan, Pak Joko ini bukan elite politik ya. Jadi, bagaimana pun, Pak Joko tidak bisa dengan mudah “melangkah” secara politik antar-partai. Dalam kan filosofinya?

Joko: Apa? Maksudnya apa?!

Suryo: Eh, anu. Maksudnya, sebetulnya…

Baca juga :  Jokowi Wrapped 2024

(Bersambung…)

(A43)

Baca Juga: Jokowi, Prabowo, dan Amaterasu


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?