Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) agar menurunkan harga tes polymerase chain reaction (PCR) hingga sekitar Rp450.000-Rp550.000. Meski begitu, masih banyak warganet yang mengeluh bahwa harga itu tetap kemahalan.
Dear Mbak Ani,
Saya teringat dengan momen-momen masa kecil saya ketika diajak oleh ibu saya pergi belanja ke pasar. Gimana nggak? Ibu dulu paling jago kalau membuat para penjual marah. Apa lagi kalau bukan karena seni tawar-menawar sang ibu?
Saya ingat kalau ibu paling “sadis” dalam hal tawar-menawar. Masa ya barang yang harganya Rp100.000 bisa ditawar hingga Rp15.000-Rp25.000? Kalau udah dengar angka segitu, raut muka sang penjual langsung deh berubah menjadi nyureng alias cemberut. Biasanya, penjual akan tidak sepakat dengan harga itu.
Namun, ibu tidak kehabisan taktik dan cara. Ibu langsung meninggalkan sang penjual sampai akhirnya penjual tersebut merasa getun (menyesal). “Ya udah, Bu. Boleh ambil segitu!” teriak si penjual. Ibu pun langsung senyum semringah sambil kembali ke lapak itu.
Kalau mengingat-ingat momen itu, emang “sadis” sih ke para penjual. Tapi, ya, gimana lagi? Itulah emak-emak – mampu menjalankan sejumlah strategi dan taktik di tengah-tengah keterbatasan anggaran belanja bulanan. Salut lah sama ibu.
Baca Juga: Pemerintahan Jokowi Di Ambang Negara Represif?
Taktik seperti ini yang ingin saya tiru beberapa waktu lalu ketika meminta Pak Budi untuk menurunkan harga tes polymerase chain reaction (PCR) untuk mendeteksi si kecil Covid-19 hingga Rp450.000-Rp550.000. Lha, kok lhadalah ternyata masih banyak yang jual lebih murah?
Tokonya Pak Modi, misalnya, ternyata bisa jual PCR dengan harga Rp96.000-Rp300.000-an aja. Nggak hanya tokonya Pak Modi, Pak Achmad Baidowi bilang tokonya Pak Shavkat juga cuma Rp350.000. Waduh, kurang “sadis” ya apa saya nawar-nya?
Belum lagi, warganet bilang harga segitu mah masih kemahalan. Ya, gimana lagi ya? Banyak milenial pengguna internet gajinya terbatas dan masih kelas menengah juga.
Hmm, kadang saya berpikir, “apa perlu saya andalkan emak-emak aja ya kalau soal urusan harga?” Gimana, Mbak Ani? Mbak Ani kan jago tawar-menawar, toh? Saya ingat kok dulu saya kalah tawar-menawar sama Mbak Ani juga. Hehe.
Salam, Joko.
(A43)
Baca Juga: Sandiwara Jokowi di Pidato MPR?
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.