Site icon PinterPolitik.com

Jokowi Cuma Bisa PBB Kelas Lokal?

jokowi cuma bisa kelas lokal

Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menghadiri rangkaian agenda dalam KTT ke-9 ASEAN di Manila, Filipina, pada tahun 2017 silam. (Foto: Setkab)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama menjabat sejak tahun 2014 disebut tidak pernah menghadiri secara langsung Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) – termasuk pada September 2022. Padahal, sebagai Presiden G20 2022, kehadiran Jokowi dianggap krusial.


PinterPolitik.com

“Sudah mendesak bagi kita untuk mengawal multilateralisme yang efektif dengan kerja dan hasil yang konkret.” – Jokowi, Sidang Umum ke-76 PBB (2021)

Keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membuat sebuah warisan (legacy) bisa dibilang dapat terwujud di masa mendatang. Bagaimana tidak? Mantan Wali Kota Solo tersebut bisa menjadi presiden Indonesia pertama – di antara presiden-presiden yang menjabat lebih dari lima tahun – yang tidak pernah menghadiri Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara langsung.

Sejak menjabat sebagai presiden pada tahun 2014 silam, Jokowi hanya dua kali memberikan pidato di pertemuan terbesar di PBB itu, yakni pada tahun 2020 dan 2021. Itu pun sang presiden hanya hadir secara virtual melalui pidato-pidato yang telah direkam terlebih dahulu – dengan alasan pandemi Covid-19.

Pada periode pertama pemerintahannya, Indonesia pun hanya diwakili oleh Wakil Presiden (Wapres) ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla (JK) di berbagai Sidang Umum PBB. Sampai-sampai nih, ramai isu bahwa Presiden Jokowi tidak mau hadir karena tidak memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang cukup baik.

Eits, sebentar. Tapi, Pak Jokowi hadir kok di sejumlah pertemuan tingkat internasional. Pada tahun 2019 silam, misalnya, Pak Presiden terlihat hadir di KTT G20 Osaka, Jepang, di mana beliau sampai ngobrol bersama Presiden ke-45 Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Hmm, kalau begitu, kira-kira kenapa ya Pak Jokowi tidak pernah mau hadir langsung di Sidang Majelis Umum PBB? Katanya Pak Aaron Connelly dalam tulisannya Sovereignty and the Sea sih, jawabannya adalah karena Pak Presiden lebih memilih politik luar negeri yang menguntungkan kepentingan Indonesia secara domestik – dalam hal ini adalah perdagangan dan investasi.

Wah, bukannya Pak Jokowi sering promosikan multilateralisme ya di video-video pidato virtual PBB? Harusnya, Pak Presiden usung gagasan yang sama dong di tengah situasi global yang semakin tidak pasti dengan konflik seperti yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.

Apalagi nih, Pak Jokowi kan tahun ini jadi Presiden G20. Sebagai tuan rumah KTT G20 2022, sudah sepatutnya dong Pak Presiden ikut hadir di Sidang Umum PBB – misal nih dengan mendorong multilateralisme agar kegiatan KTT G20 bisa berjalan lancar. 

Eh, tapi, bentar. Pak Jokowi ternyata kemarin-kemarin sudah ketemu PBB lho. Pada tanggal 12 September kemarin, Pak Presiden ternyata sudah memanggil seseorang dari PBB ke Istana, yakni Pak Yusril Ihza Mahendra.

Hmm, meski beda PBB, at least, Pak Jokowi masih mendengarkan PBB ya – alias Partai Bulan Bintang. PBB kelas lokal udah ketemu nih, Pak. Kalau PBB kelas internasionalnya kapan? Hehe. (A43)


Exit mobile version