Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak masyarakat untuk mencintai produk dalam negeri. Bahkan, presiden juga menyebutkan untuk membenci produk luar negeri bila perlu. Bagaimana batasan cinta dan benci ini bagi Jokowi?
“Sulit untuk ku bisa. Sangat sulit, ku tak bisa memisahkan segala cinta dan benci” – Geisha, “Cinta dan Benci” (2014)
Kehidupan ini banyak diisi oleh dikotomi-dikotomi – seperti baik dan buruk, rendah dan tinggi, pemerintah dan oposisi, hingga laki-laki dan perempuan. Bahkan, dikotomi pun hadir dalam benak dan perasaan kita, yakni cinta dan benci.
Terdapat satu hal yang menggambarkan sebuah dikotomi, yakni dua hal yang saling berlawanan. Soal cinta dan benci, misalnya, menjadi dua hal yang menentukan bagaimana sikap kita terhadap seseorang atau sebuah objek.
Mungkin, dikotomi inilah yang baru-baru ini digambarkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pidatonya di Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Tahun 2021. Dalam sambutan pembukaan tersebut, mantan Wali Kota Solo tersebut mengajak agar masyarakat mencintai produk dalam negeri dan, bila perlu, membenci produk luar negeri.
Wah, apa yang dibilang oleh Jokowi di sini bisa jadi memang perlu. Pasalnya, dengan masyarakat yang mencintai dan menggunakan produk dalam negeri, usaha-usaha dalam negeri dapat memperoleh keuntungan lebih – khususnya di tengah pandemi Covid-19 yang belum kunjung selesai.
Namun, ada yang bilang kalau cinta dan benci sebenarnya batasnya samar-samar. Ada juga yang bilang bahwa perbedaan antara cinta dan benci itu tipis.
Hmm, mungkin nih, tipisnya perbedaan antara cinta dan benci ini digambarkan dengan baik oleh Geisha dalam lagu mereka yang berjudul “Cinta dan Benci” (2014). Lha, gimana nggak? Cinta dan benci ini bisa muncul silih berganti nih.
Baca Juga: Jokowi dan Rage Against The Machine
Boleh jadi, persoalan dikotomi serupa tengah dihadapi oleh Presiden Jokowi nih. Soal perdagangan, misalnya, sang presiden tampaknya tengah kesal dengan perlakuan dagang tidak adil yang dilakukan oleh sejumlah pihak yang disebut sebagai predatory pricing.
Gimana nggak kesal coba? Sejumlah praktik e-commerce disebut telah membuat produk-produk impor banting harga sehingga menyebabkan banyak usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terancam keberlangsungannya.
Katanya sih, kekesalan Pak Jokowi ini disebabkan oleh laporan Menteri Perdagangan (Mendag) M. Lutfi sesaat sebelum Pak Presiden berpidato. Sampai-sampai, Pak Lutfi menyatakan bahwa dirinya yang salah apabila pidato Pak Jokowi dipersoalkan.
Hmm, terlepas dari itu, bukan nggak mungkin Pak Jokowi ini punya love-and-hate relationship juga nih dengan produk-produk asing. Soalnya nih, banyak lho akhirnya yang menyoroti pernyataan Pak Presiden dan membandingkan dengan sikap beliau.
Soal mobil dinas, misalnya, Pak Jokowi disebut masih menggunakan mobil produk asing sebagai moda transportasi kepresidenannya. Bahkan, ada yang bilang saatnya Pak Presiden pakai Esemka lagi nih. Eits, tapi, ada wujudnya ya nggak nanti? Upss. Hehe.
Nggak hanya soal mobil dinas, Pak Jokowi juga pernah lho terlihat dalam beberapa kesempatan mengenakan sepatu-sepatu ala hypebeast. Adidas Yeezy, misalnya, pernah dikenakan Jokowi kala berkunjung ke Selandia Baru pada tahun 2018 silam.
Wah, mungkin nih, Pak Jokowi tengah mengalami kebingungan yang sama dengan Geisha nih. Jadi, gimana nih, Pak? Mau cinta dan benci yang mana jadinya? Hehe. (A43)
Baca Juga: Jokowi akan Kirim Pesawat ke Mars?
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.