“Biar tidak capek itu harus ikhlas. Ikhlas itu harus sama antara hati, pikiran dan perbuatan” – Jusuf Kalla, mantan Wakil Presiden Indonesia
Ada yang pernah nonton Game of Thrones? Kalau ada, kira-kira pernah ngamatin dialog antara Aemon Targaryen dengan Jon Snow nggak? Informasi aja sih, Aemon ini tuh sebenarnya orang berdarah biru karena keturunannya Targaryen.
Namun, daripada ongkang-ongkang di kerajaan, ia memilih untuk pergi dari kenikmatan menjadi keluarga raja dan memilih tinggal di pondokan bernama Castle Black yang dihuni oleh para militer bernama Night Watch sebagai penjaga dinding wilayah kekuasaan kerajaan dari serangan para musuh. Nah, saat Aemon sudah tua, ia tentu sudah nggak bisa jadi pasukan tempur, cuy. Makanya, ia kemudian diangkat sebagai tetua saja.
Lama sekali ia mengamati anak didik Night Watch dengan harapan ada sosok yang siap memimpin dan menyatukan semua pihak karena memang saat itu situasi sedang tercerai-berai. Sampai pada suatu hari, masuklah orang bernama Jon Snow. Pemuda ini mendapat perhatian lebih dari Aemon dan sering banget dikasih petuah soal keberanian dan pilihan menjadi ksatria.
Bahkan, Master Aemon merupakan orang yang pertama kali mendukung kemampuan dan pilihan politik Jon Snow tatkala banyak orang yang meragukan kemampuannya. Dan, memang terbukti sih, Jon Snow tumbuh menjadi ksatria yang diramalkan oleh Aemon Targaryen sebagai pemersatu.
Dari kisah tersebut, mimin minta kepada kalian semua untuk fokus pada moral value tentang bagaimana seorang master yang sudah pengalaman tuh pandai memilih orang yang dipandang punya kapasitas mumpuni. Pertimbangannya tentu saja nggak asal-asalan, cuy.
Namanya saja master berpengalaman. Tentu punya tolok ukur yang kadang nggak disadari oleh kebanyakan orang. Kalau diterjemahkan ke dalam bahasa politik situasional, kita bisa mendapati analogi tersebut dalam bentuk relasi antara Jusuf Kalla dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Sebagaimana yang kita tahu nih, Pak Anies sedang banyak diserang oleh ragam kalangan, terutama politisi dalam Istana, yang menyayangkan kebijakan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Jilid II di Jakarta.
Alasannya mereka yang mengkritik Pak Anies sih kebanyakan pakai logika ekonomis. Tentu, ini bikin urusan jadi runyam kan, cuy?
Apalagi bagi Pak Anies, pasti kebingungan deh menghadapi pengkritiknya. Untung saja ada sosok bernama Jusuf Kalla (JK) yang datang memberi dukungan moral kepada Pak Anies.
“Yang menjadi sebab adalah pandemi Covid-19 yang berakibat pada turunnya ekonomi. Jadi, sebabnya dulu yang diselesaikan dan, ketika sebab utamanya hilang, maka ekonomi akan lancar lagi,” kata Pak JK beberapa waktu lalu.
Secara usia dan pengalaman, jelas lah, sob, Pak JK lebih pengalaman. Bayangin aja, dua kali menjabat sebagai Wakil Presiden dan sudah berpuluh tahun aktif di ruang politik lho. Soal kesehatan juga ia capable dengan jabatannya sebagai Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI).
Sedang babagan ekonomi, yaelah cuy, masa kita ragu sama orang yang punya perusahaan Kalla di mana-mana sih? Jadi, menurut mimin sih omongan Pak JK bisa dipercaya deh. Sebab, pastinya beliau punya banyak pertimbangan dong kenapa kok mendukung langkah Pak Anies.
Lagian juga, kebijakan Pak Anies kan baik, yakni mengutamakan kesehatan warga. Soal nanti ekonomi bagaimana, mimin kok yakin Pak JK sudah mengukurnya. Jadi mari kita bergandengan tangan untuk fokus ke sektor kesehatan. Hehehe. (F46)