“Anger and intolerance are the enemies of correct undertanding” – Mahatma Gandhi, politikus asal India.
Cuy, mimin mau tanya nih. Jika kalian sepintas teringat dengan Kota Solo, apa sih yang kalian ingat?
Pasti yang terpintas pertama kali di benak kalian adalah Presiden Joko Widodo (Jokowi). Baru setelah ingat Pak Dhe (sapaan akrab Pak Jokowi), mulai ingat tentang nilai yang ada di sana, unggah–ungguh atau sopan santunnya, serta tipologi masyarakat yang kalem, sopan, dan santuy.
Ada lagi nih yang paling tidak mungkin terlupakan ya. Apa lagi kalau bukan tentang makanan di sana yang terjangkau banget? Ramah di kantong mahasiswa deh pokoknya dan gak bikin kantong mahasiswa berontak gitu. Hehehe.
Ternyata nih, gengs, di balik itu semua, saat ini Kota Solo juga sedang menjadi trending, cuy. Apa lagi kalau bukan tentang dua insiden mengagetkan hati dan melukai nilai kemanusiaan sehingga menjadikan kota kelahiran Presiden Jokowi ini menjadi buah bibir masyarakat Indonesia baru-baru ini?
Pertama, yaitu insiden penyerangan ratusan orang kepada acara midodareni yang digelar oleh keluarga almarhum Habib Umar Assegaf. Bahka,n insiden itu sampai kisruh hingga ada pihak yang terluka. Menurut penyerang sih, katanya proses midodareni ini digelar oleh kelompok Syiah sehingga harus dilakukan pembubaran. Hadeuhh, ada-ada saja ya.
Eh, ladalah, masih anget-anget kuku dan belum reda kasusnya, lah kok ada lagi organisasi masyarakat (ormas) yang bernama Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS) protes terkait logo HUT Kemerdekaan Indonesia ke-75. Alasannya, logo kemerdekaan Indonesia sangat menyerupai salib, cuy, sehingga harus dicopot karena berpotensi menimbulkan keresahan.
Hadeuh, mbok ya dilihat secara keseluruhan, jangan secara parsial atau terpisah. Kalau seperti ini kan malah kelompok mereka yang menimbulkan keresahan.
Memang sih, cuy, kalau dipikir secara mendalam, Kota Solo menyimpan segudang rahasia. Karena dalam perjalanannya, menurut beberapa literatur keilmuan, Solo ini juga dikenal sebagai salah satu basis dan magnet bagi kelompok radikal agama yang menjurus aksi premanisme.
Misal, di sana dekat dengan pesantren Al-Mukmin yang dipimpin langsung oleh Abu Bakar Baasyir – sosok yang dinilai dekat dengan intoleransi. Basis gerakan tertentu di Surakarta ini juga kerap dikaitkan dengan Jamaah Islamiah (JI), Jamaah Anshorut Daulah (JAD), bahkan hingga Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Tentu menjadi alasan kuat ya kenapa persoalan intoleransi di Solo ini menjadi penting. Bahkan, sampai ada istilah bahwa, “Solo merupakan bom waktu yang suatu saat pasti akan meledak.”
Nah, ditambah lagi nih yang menarik, Mas Gibran Rakabuming Raka – putra Presiden Jokowi – kan sedang maju sebagai Calon Wali Kota Solo. Kira-kira mau membuat komitmen memerangi intoleransi juga gak nih seperti ayahnya? Hehehe. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.