HomeCelotehInikah Solusi Ampuh Kominfo?

Inikah Solusi Ampuh Kominfo?

Data penduduk sebanyak 279 juta orang dikabarkan bocor dan diperjualbelikan di forum hacker bernama Raid Forums. Namun, akhirnya Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) punya solusi untuk mengatasinya. Ampuhkah solusi tersebut?


PinterPolitik.com

Beberapa hari lalu, mimin menemukan sebuah meme menarik yang tersebar di sejumlah platform media sosial (medsos). Dalam meme yang berbentuk gambar itu, ada tulisan yang bilang gini, “Wajar kalau diselimuti masalah. Namanya juga manusia. Kalau diselimuti wijen, namanya onde-onde.”

Hmmemang sih nggak terlalu lucu alias garing. Tapi, bisa jadi ada filosofi yang lebih dalam di meme tersebut. Se-enggak-nya, meme itu mengingatkan kita bahwa, sebagai manusia, permasalahan akan selalu datang menghantui.

Inilah mengapa ada jargon dari Pegadaian yang bilang kalau masalah itu sebenarnya bisa diselesaikan tanpa masalah. Mungkin, itulah mengapa Pegadaian nggak bisa menyelesaikan persoalan asmara.

Soalnya, kan, banyak tuh perasaan sakit hati, galau, dan sedih yang bakal terus berbuntut pada masalah-masalah lainnya. Ceilahudah jadi dokter cinta ajaHehe.

Nah, ada lho kementerian yang akhirnya berusaha meniru jargon yang dimiliki oleh Pegadaian. Kementerian ini adalah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang dipimpin oleh Menteri Kominfo (Menkominfo) Johnny G. Plate.

Kabarnya, kementerian satu ini baru saja dilanda masalah besar lho. Bahkan, bisa-bisa, yang kena masalah adalah seluruh penduduk Indonesia kita yang tercinta ini.

Lhagimana nggak? Data penduduk sebanyak 279 juta orang dikabarkan bocor dan diperjualbelikan lho di sebuah forum hacker yang bernama Raid Forums. Alhasil, komplain lah para netizen ini ke pemerintah.

Baca Juga: Bansos Jokowi, Bencana Manajemen Data?

Kominfo si Jago Blokir

Setelah mengatakan akan mendalami persoalan ini, Kominfo dengan sigap akhirnya punya solusi lho. Solusinya adalah dengan memblokir situs Raid Forums tersebut. Wah, akhirnya gerak cepat (gercep) juga ya.

Mungkin, aksi Kominfo ini patut diapresiasi lah ya. Wong blokir-memblokir ini emang udah biasa kok dilakukan oleh kementerian satu ini. Toh, para netizen udah tahu. Banyak kasus-kasus syur yang akhirnya berujung pada pemblokiran, kan?

Tapi nih ya, bukannya kalau udah selesai diblokir situs itu masih bisa diakses di luar negeri? Siapa tahu kan malah orang-orang luar negeri yang mau “memata-matai” penduduk-penduduk Indonesia?

Apalagi nih, sekarang ada aplikasi yang biasa dikenal sebagai virtual private network (VPN). Kalau nggak percaya, coba tanya aja ke para netizen yang cowok. Hehe.

Ya, kalau gini caranya, Kominfo mungkin sudah satu tingkat lebih atas nih kalau soal mengatasi masalah. Mungkin, kementerian ini sudah mengatasi masalah tanpa (benar-benar menyelesaikan) masalah tuhHehe.

Mbok ya pemerintah ini segera membuat regulasi yang bisa melindungi data penduduk, misal Rancangan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (RUU PDP). Kalau ada penjaminnya, kan jelas siapa yang bisa bertanggung jawab soal ini. Hmm.

Apalagi nih, dengar-dengar, ada yang bilang kalau pemerintah dan DPR tengah silang pendapat soal RUU PDP ini. Kabarnya sih, ada yang ngotot mau komisi perlindungan data ada di bawah Kominfo – ya meskipun akhirnya jadi nggak independen. Hmm, jadi, gimana nih? (A43)

Baca Juga: Data Penduduk Hanya Bungkus Kacang?


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?