Sandiaga Uno terlihat semakin mesra dengan PPP. PPP pun menyambut baik kedatangan Sandiaga. Akankah Sandiaga berpaling dari Prabowo dan Gerindra untuk menerima tawaran PPP?
“Kita kasih penghargaan setinggi-tingginya, kira-kira Pak Sandi pantas jadi presiden atau tidak?” – M. Mardiono, Plt. Ketum DPP PPP
Belakangan ini, film Noktah Merah Perkawinan (2022) tengah menjadi topik hangat. Film ini pun berhasil masuk dalam Top 10 Films in Indonesia Today di Netflix.
Noktah Merah Perkawinan mengisahkan bahtera rumah tangga Ambar dan Gilang yang terombang-ambing. Komunikasi yang buruk ditambah dengan kesalahpahaman dari sisi Ambar menyebabkan Ambar menggugat cerai Gilang. Pasalnya, Ambar menduga Gilang berselingkuh dengan perempuan lain.
Kisah Ambar dan Gilang sepertinya cukup relatable bagi beberapa orang. Mungkin, salah satunya adalah bagi Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno dan Ketua Umum (Ketum) Gerindra Prabowo Subianto.
Kisah Prabowo dan Sandiaga sudah dimulai sejak Sandi diminta masuk ke Gerindra oleh Prabowo pada 2015 silam. Setelah berkiprah cukup lama, Sandi keluar dari Gerindra agar bisa dicalonkan sebagai calon wakil presiden (cawapres) Prabowo pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Seusai kekalahan mereka pada Pilpres 2019, Sandiaga kembali bergabung sebagai kader Gerindra dan menduduki posisi Wakil Ketua Dewan Pembina.
Memasuki tahun politik, desas-desus mengenai keinginan Prabowo untuk mencalonkan diri sebagai calon presiden (capres) untuk ketiga kalinya kembali mencuat. Gerindra pun sudah menjalani koalisi dengan PKB dan memenuhi syarat ambang batas pencalonan presiden.
Namun, bukan hanya Prabowo yang diisukan akan maju sebagai capres. Nama Sandiaga juga turut tercatut dalam pembicaraan mengenai Pilpres 2024.
Akan tetapi, nama Sandiaga malah diisukan akan diajukan sebagai capres dari PPP yang sudah menjalin koalisi dengan Golkar dan PAN. Wah, sepertinya, kapal Prabowo-Sandi juga sedang terombang-ambing nih.
Pasalnya, Sandiaga terlihat sering menghadiri kegiatan yang diselenggarakan oleh PPP ketimbang partainya sendiri, Gerindra. Misalnya, acara Silaturahmi Akbar PPP di Yogyakarta, acara Majelis Ta’lim Perempuan PPP, dan yang paling baru, acara jalan sehat Hari Lahir (Harlah) Ke-50 PPP di Malino, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Rumornya, sih, keterlibatan Sandiaga dalam kegiatan-kegiatan PPP ini menimbulkan gejolak di internal Gerindra.
Sandiaga mengaku menghadiri acara PPP sebagai Menteri Periwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) dan atas seizin, bahkan perintah Prabowo. Sandiaga juga menegaskan bahwa ia masih loyal terhadap Gerindra dan Pak Prabowo.
Namun, pada acara PPP di Malino, Pelaksana Tugas (Plt.) Ketum DPP PPP Muhammad Mardiono mengklaim bahwa Sandiaga sudah diizinkan Prabowo berganti kapal dan masuk PPP. Bahkan, PPP menunjukkan kesiapan mereka untuk mendukung Sandiaga sebagai capres.
Klaim ini dibantah oleh Ketua Harian DPP Gerindra Sufmi Dasco Ahmad. Kata Sufmi, Prabowo belum memberikan izin dan Sandiaga juga belum meminta izin. Akan tetapi, Prabowo dikabarkan tidak akan menahan kadernya jika ingin nyapres.
Hmm, sepertinya, Pak Prabowo dan Sandi sedang memiliki masalah komunikasi. Padahal, dalam buku Straight Talk, Douglas melihat bahwa komunikasi memiliki empat kekuatan, yakni: expressing yourself, listening and responding, regulating attention and intention, dan understanding and responding to people in their “style”. Dengan menguasai keempat kekuatan ini, tentunya permasalahan dapat diselesaikan.
Kembali ke kisah Ambar dan Gilang, pesan moral yang dapat dipetik adalah pentingnya menjalin komunikasi yang baik untuk mempertahankan suatu hubungan.
Mungkin, Prabowo dan Sandiaga dapat mencontoh Ambar dan Gilang dan mulai membuka komunikasi heart-to-heart jika masih ingin mempertahankan hubungan mereka. Toh, Ambar dan Gilang akhirnya bersatu kembali. (A89)