Beredar kabar bahwa branding “+Jakarta: Kota Kolaborasi” akan segera digantikan dengan branding “Jakarta: Sukses Jakarta untuk Indonesia”. Penjenamaan Jakarta warisan Anies Baswedan itu disebut akan berubah di bawah Pj. Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono.
“A brand is no longer what we tell the consumer it is. It is what consumers tell each other it is” – Scott Cook, Co-founder of Intuit
Pernah nggak sih kalian menonton film-film inspiratif soal kesuksesan seseorang dalam berbisnis? Salah satu film yang mungkin paling cocok dengan tema ini adalah film berjudul Steve Jobs (2015) yang mengisahkan perjalanan pendiri Apple dengan nama yang sama.
Di film itu, Steve Jobs memaksakan pikiran-pikiran kreatifnya agar pengumuman produk Apple yang baru berjalan sejalan dengan brand dan identitas Apple yang ia bayangkan. Bahkan, hal-hal kecil seperti lampu pintu darurat pun diperhatikan oleh Jobs yang diperankan oleh Michael Fassbender tersebut.
Tentu, Jobs punya alasan yang kuat untuk mempertahankan sejumlah elemen identitas dan branding Apple. Salah satunya mungkin adalah agar perusahaan teknologi itu memiliki keunikan (uniqueness) bila dibandingkan dengan para kompetitornya.
Mengacu pada tulisan Claudio Alvarez, Remi Trudel, dan Susan Fournier yang berjudul Uniqueness: When Brand Meaning Gets Personal, brand akan semakin dipersepsikan unik bila semakin banyak konsumen merasa lebih familiar dan memiliki pengalaman personal dengan brand tersebut. Mungkin, inilah mengapa Jobs ingin Apple tetap berjalan menyajikan pengalaman personal bagi para penggunanya.
Nah, apa yang dilakukan oleh Jobs dengan Apple ini mungkin menjadi alasan mengapa Anies Baswedan kala masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dulu menekankan pada prinsip kolaborasi melalui branding +Jakarta. Kolaborasi diharapkan akan membuat warga Jakarta merasa ikut memiliki dan ikut membangun kota mereka.
Tapi nih, guys, baru-baru ini, beredar kabar bahwa branding +Jakarta akan diganti oleh pemerintahan Pj. Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono. Dari tagline yang berbunyi, “Kota Kolaborasi,” Pemerintahan Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta disebut akan menggantinya menjadi, “Sukses Jakarta untuk Indonesia.”
Hmm, gimana ya, guys? Kok jadinya terkesan datar (bland) gitu ya tagline barunya? Bahkan, ada tuh warganet yang bilang kalau tagline-nya terkesan boomer banget tuh. Waduh.
Lagipula, branding yang bagus tentunya harus mendengarkan apa kata konsumen (baca: konstituen), kan? Ya, kalau branding barunya tidak melibatkan apa kata konstituennya, gimana bisa jadi relatable tuh branding-nya? Apa perlu nih Pak Heru dkk belajar ke Jobs nih soal cara membangun branding yang strong dan berdampak? Hmm. (A43)