“Dia (Hasto) juga jadi bumper kisruh PDIP dengan KPK yang menggagalkan calon Kapolri saat itu. Dipilihnya Hasto biar menjadi pembelajaran agar anak muda bisa berkiprah dengan baik” – Ikrar Nusa Bhakti, Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Akhi-akhir ini, rivalitas Partai Demokrat dan PDIP makin memanas. Perseteruan antara Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Megawati Soekarnoputri seakan selalu muncul menjelang babak-babak krusial di setiap pemilu.
Terbaru, rivalitas kedua partai kembali muncul usai SBY mengklaim menerima informasi bahwa pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang, akan ada upaya menjegal Demokrat mengajukan calon presiden sendiri.
Merespons pernyataan tersebut, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto menceritakan kembali kejadian kontroversial menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009 ketika SBY berkuasa dan menjabat sebagai Presiden RI.
Menurutnya, saat itu elite PDIP dengan PPP melalui Ketumnya, Suryadharma Ali, sudah merencanakan kerja sama, sehingga mampu memenuhi syarat-syarat Presidential Threshold (PT).
Namun, pada menit-menit akhir, tercium ada upaya penjegalan, yang membuat PDIP akhirnya bekerja sama dengan Gerindra. Hasto melihat ada unsur kekuasaan saat itu yang melakukan operasi penjegalan terhadap PDIP.
Anyway, fenomena kemunculan Hasto menjawab setiap serangan yang ditujukan kepada PDIP dan juga Ketua Umumnya, Megawati. Ini memperlihatkan bagaimana perannya yang begitu vital bagi PDIP maupun Megawati.
Sebagai Sekjen, Hasto selalu tampil di depan untuk merespons berbagai isu terkait PDIP dan kepentingan partai. Mulai dari menyanggah pernyataan SBY terkait “turun gunung” sampai dengan menjawab kebenaran status Hasnaeni atau Wanita Emas sebagai kader PDIP.
Peran Hasto yang dominan dibandingkan tokoh lain, mungkin akan dianggap wajar. Karena sejauh ini Hasto dianggap sebagai tokoh muda yang loyal kepada Megawati.
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bhakti, melihat setidaknya ada dua alasan kenapa Hasto begitu kuat pengaruhnya sehingga dipilih menjadi Sekjen PDIP.
Pertama, Hasto adalah kader yang teruji loyalitasnya. Ini terlihat ketika Hasto sering sekali menjadi bemper bagi PDIP. Kedua, Hasto menjadi simbol generasi muda di PDIP, sehingga jaminan kaderisasi PDIP seolah tetap berlangsung dan menghilangkan stigma PDIP hanya untuk politisi senior saja.
Lucian W Pye dan Robert D Putnam dalam buku Elite dan Modernisasi, menjelaskan tiga strategi dalam mengidentifikasi elite politik. Yakni, analisis posisi, analisis reputasi, dan terakhir analisis keputusan.
Dari tiga klasifikasi ini, rupanya ada figur atau elite yang tidak sepenuhnya berada di puncak piramida, tapi mampu memainkan peran untuk mensinergikan ketiga kombinasi analisis elite tersebut.
Tokoh tersebut bukan elite boneka, tapi mampu memainkan peran sebagai bumper untuk melindungi elite tertinggi dari ancaman. Pernyataan elite ini pun sedikit banyak mempengaruhi kebijakan secara keseluruhan, sehingga ia sering melakukan aktivitas tambahan yang menguntungkan elite tertinggi.
Pye dan Putnam juga melukiskan tokoh atau elite ini berada pada level dua dari piramida kekuasaan elite. Elit level dua yang bertugas menjadi pelindung elite level utama. Meski dia level dua, tapi sulit untuk “menduakan” orang ini karena perannya yang penting.
By the way, kalau teman-teman yang suka menonton film-film action, mungkin peran yang dimaksud di atas mirip dengan stuntman atau pemeran pengganti. Sebuah peran yang dilakukan oleh seseorang untuk menggantikan aktor/aktris utama dalam suatu adegan berbahaya.
Hmm, kok bisa kebetulan seperti itu ya? Apa yang dilakukan Hasto kok mirip dengan peran stuntman. Apakah ini definisi baru tentang political stuntman?
Setidaknya ada tiga peran dari Hasto yang mirip dengan stuntman. Pertama, selalu menggantikan peran utama partai untuk merespons serangan maupun kritik. Kedua, secara otomatis menjaga peran utama tetap aman. Ketiga, melakukan adegan tambahan atau adegan khusus.
Nah, yang ketiga ini yang patut kita tunggu. Apakah nantinya akan muncul adegan tambahan dari Hasto yang akan mengguncang jagad politik Indonesia menjelang 2024? Semoga saja nanti ada, agar peran political stuntman Hasto menjadi paripurna. Hehehe. (I76)