Site icon PinterPolitik.com

Harap Luhut Belajar dari Tiongkok

Harap Luhut Belajar dari Tiongkok

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Jepang Motegi Toshimitsu di Jakarta. (Foto: Samudranesia)

One of the goals of education should be to teach that life is precious” – Abraham H. Maslow, ahli psikologi asal Amerika Serikat (AS)


PinterPolitik.com

Sobat, kalian tahu dong bahwa Indonesia saat ini dalam kondisi bonus demografi. Nah, dengan kondisi ini, Indonesia dan para elite ini harus sadar dan tahu ya bagaimana memanfaatkan peluang yang ada. Lebih-lebih, tidak banyak loh negara yang memiliki kesempatan emas ini.

Kenapa mimin mengatakan ini kesempatan emas? Ya, jelas ada banyak contohnya ya, gengs. Misal nih, Jepang yang terbukti berhasil memanfaatkan bonus demografi sehingga menikmati hasilnya saat ini. Bisa kalian lihat sendiri ya, bagaimana industri otomotif dan teknologi yang semakin kuat dan mengakar banget.

Jangan sampai deh seperti Brasil yang gagal memanfaatkan bonus demografi pada 1970-an yang mempengaruhi sektor formal sehingga mengakibatkan defisit anggaran yang sangat besar. Akibatnya, Brasil tidak mampu mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk penyediaan akses pendidikan yang berkualitas. Ngeri banget kan?

Makanya, ketika mimin mendengar informasi bahwa ada elite yang concern pada sektor pendidikan, beh, senangnya minta ampun. Soalnya, mimin nih sempat nonton film Mengejar Embun di Eropa dan film tersebut tuh inspiratif banget, cuy. Film ini menceritakan tentang perjuangan seorang pemuda yang bernama Puro yang ingin membangun pendidikan di kampung halamannya.

Dengan perjuangannya yang gigih dan mencapai cita-citanya, doi berhasil sampai ke Eropa untuk melakukan pendidikan, sob. Singkatnya, ketika dia kembali ke kampung halaman dia mengajar di Universitas Delapan Penjuru Angin (UDPA).

Dengan berbagai upaya dan kerja kerasnya, dia akhirnya berhasil memperbaiki dan membawa atmosfer pendidikan di sana. Behh, keren banget kan.

Nah, ketika mimin mendengar informasi bahwa Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan terdapat 21 anak muda Indonesia dikirim ke Tiongkok untuk sekolah, langsung gembira banget, gengs.

Dalam hati, “Akhirnya, ada pejabat berhati mulia yang sadar dan mau memperbaiki sektor pendidikan. Apa lagi, ini memang untuk investasi jangka panjang.” Yaanggak masalah, meski saat ini 21 orang yang akan dikirim masih terfokus dalam bidang teknik dan tambang.

Bahkan, Pak Luhut ini sampai mengatakan bahwa kehadiran tenaga kerja asing (TKA) di tanah air ini ya karena kekurangan ahli teknik.

Berdasarkan data Fakultas Teknik Universitas Indonesia, kebutuhan sarjana teknik di Indonesia mencapai 117.982 orang pada 2019. Sementara, yang tersedia hanya 20.635 orang. Untuk lulusan D3 teknik, kebutuhannya mencapai 194.183 orang dan yang tersedia hanya 5.242 orang.

Duhh, sedih banget kan dengarnya. Kurangnya banyak banget, sob, soalnya.

Tapi by the way, kita tahu lah bahwa Pak Luhut ini sektor utama yang dikelola ya di pertambangan. Namun, kalau bisa jangan hanya sektor itu saja ya pak. Hehehe.

Bapak pasti mengetahui dengan baik dong bahwa di negara kita ini kebutuhan di sektor lain juga masih banyak banget. Kita juga tahu bahwa relasi Pak Luhut ini ada di berbagai negara dan di berbagai sektor.

Terlebih, setahu mimin, jika terkait pendidikan, Pak Luhut ini sangat memberikan support. Jadi, kalau ada beasiswa lain, boleh banget ya pak. Kita pasti berterima kasih loh ke Opung. Hehehe. (F46)

Exit mobile version