“The boy got the throne, but you know it ain’t a game” – J. Cole, penyanyi rap asal Amerika Serikat
PinterPolitik.com
Kehidupan kerajaan biasanya terdengar indah, bagus, harmonis, dan bahagia ya, gengs. Di tengah kesibukan untuk mengurus rakyat, pasti sang raja selalu menyempatkan waktunya untuk keluarga.
Selain keluarga menjadi rumah bagi jiwa, memang tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga adalah obat di kala penat dan lelah, cuy. Nah, keberhasilan membagi waktu antara tanggung jawab dan keluarga itulah yang menjadikan iklim kekeluargaan penuh dengan kebahagiaan.
Nah, dalam prosesi pergantian jabatan, biasanya seorang raja akan memberikan tahtanya kepada sang putera mahkota, gengs. Tidak lain tidak bukan, alasannya karena secara garis keturunan memang doi yang berhak. Selain itu, yaa, pasti agar kekuasaan tetap berada di lingkaran keluarga, gengs. Betul gak, cuy?
Tetapi, kalian pasti sudah sering dengar dong kisah-kisah tentang perebutan tahta di lingkup kerajaan. Kalau kalian mengikuti, pasti sedikit banyak mengetahui tentang perebutan kekuasaan yang ada di Kerajaan Saudi.
Tidak sedikit informasi yang mengatakan bahwa salah satu putra mahkota Saudi, Mohammed bin Salman (MBS) berupaya mengamankan kursi kerajaan bagi dirinya sendiri. Bahkan, tidak tanggung-tanggung, cuy, doi juga melakukan oprasi penangkapan terhadap para pangeran senior yang sekiranya akan mengganggu jalannya.
Weleh-weleh, dunia kerajaan memang keras ya, gengs. Makanya, kalian jangan pernah bilang hidup ini keras kalau belum pernah merasakan tekanan dan dinamika perbutan kuasa di lingkungan kerajaan.
Nah, kalau di Nusantara, salah satunya kisah tentang perebutan tahta di lingkup Kerajaan Majapahit, cuy, yaitu perebutan kursi raja antara Wirabhumi dengan Wikramawarddhana. Bahkan, konflik mereka berdua ini sampai ditulis di serat pararaton.
Wah, jadi ingat pepatah lama nih. Memang godaan terberat seorang pria ya harta, tahta, wanita.
By the way nih, pastinya teman-teman di sini sudah dengar dong, informasi tentang mundurnya Hanafi Rais dari Partai Amanat Nasional (PAN) dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) secara mendadak. Tindakan ini tentu membuat banyak pihak kaget dan tidak menyangka, gengs. Soalnya, kan bapak doi sebagai salah satu pendiri partai tersebut.
Kalau kata adiknya, yaitu Mumtaz Rais, alasan doi mengundurkan diri karena ‘baper politik’, alias masih belum bisa menerima hasil kongres PAN di Kendari kemarin. Yaah, sayang banget ya, gengs, sebenarnya. Sekelas pejabat nasional seperti doi, ternyata masih belum bisa memberikan contoh kepada masyarakat bagimana harusnya bersikap bijaksana dalam menyikapi hasil politik.
Jika ditelisik secara lebih mendalam nih, kekalahan yang diterima oleh kubu Hanafi Rais ini kenapa ya cuy kira-kira? Hmmm, apa karena memang kekuatan dan pamor Pak Amien Rais sebagai ayahnya sudah hilang ya di partai yang doi bentuk ini.
Hadeuh, kalau seperti ini, di PAN jadi kurang asik ya, gengs. Pasalnya gak ada sosok Pak Amien yang terkadang memang sering meramaikan dunia persilatan Indonesia, cuy. Bahkan, doi kan memang terkenal dengan kritik dan langkah zig-zag-nya dalam mengkritik pemerintah.
Tapi, lebih jauh dari itu, memang ya, gengs, kalau sudah berurusan dengan harta dan tahta, manusia bisa gelap mata. Keluarga sendiri bisa saling bermusuhan. Kalau sudah begini, siapa yang harus disalahkan? Hadeuh. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.