“Sudah ribuan perang kujalani nak, tapi belum satupun perangku menjadi agung karena membela cinta” – Sujiwo Tejo, budayawan asal Indonesia.
Cuy, pembaca PinterPolitik ada yang suka nonton anime nggak sih? Bagi kalian pecinta anime, khususnya Naruto, pasti tahu dong pertempuran berdarah antara klan Uchiha dan Senju? Pasti lah. Lah wong berawal dari pertempuran tersebut menjadikan terbentuknya Desa Konoha. Hehe.
Namun, kali ini mimin tidak akan membahas tentang sejarah dari terbentuknya Konohagakure, gengs, tapi mimin akan sedikit membahas tentang alasan dibalik pertarungan dua klan besar tersebut. Ceritanya jelas ya bahwa dua klan tersebut memang sudah diramalkan oleh Rikudo Senin memiliki takdir untuk terlibat dalam sebuah bertarung satu sama lain.
Padahal, keinginan pentolan mereka yaitu sama, ingin menciptakan perdamaian di dunia. Namun, memang jalan antara Madara sebagai pimpinan Uchiha dengan Hashirama sebagai pimpinan Senju berbeda – satu ingin menciptakan perdamaian melalui cara kekerasan dan satu lagi ingin membentuk perdamaian tanpa adanya kekerasan.
Terkait ceritanya sampai akhir, silahkan saja deh, para pencinta anime nonton Naruto sendiri. Apalagi, kisah franchise ini sekarang sudah masuk edisi Boruto. Hehehe.
Nah, pertikaian seperti di atas kelihatannya sedang terjadi di Indonesia, sob, yaitu konflik antara organisasi dengan anggota terbesar di Indonesia, yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dengan Front Pembela Islam (FPI) – terlepas dari konspirasi bahwa memang pembentukan FPI dahulu oleh Pam Swakarsa bertujuan untuk menghalau kekuatan NU ketika era Orde Baru ya, cuy. Upsss.
Perbedaan pandangan antara NU dan FPI tentu saja kita sudah tahu jauh-jauh hari. Bahkan dahulu pimpinan FPI, Habib Rizieq Shihab, dalam sebuah wawancara pernah mengatakan bahwa KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah sosok yang buta mata juga buta hati. Padahal, jelas bahwa Gus Dur merupakan tokoh terpandang di kalangan NU.
Konflik tersebut kelihatannya saat ini terus berlanjut dan eskalasinya mulai memanas lagi, cuy. Hal ini berawal dari ditangkapnya Sugik Nur Raharja alias Gus Nur karena terjerembap kasus dugaan penghinaan terhadap NU. Ditangkapnya Sugik Nur oleh Bareskrim Polri di Pakis, Malang, membuat Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjend) PA 212 sekaligus tokoh FPI, Novel Bamukmin angkat bicara.
Bahkan, Ketua Dewan Tanfidzi DPP FPI Slamet Maarif mengungkapkan bahwa pihaknya sudah menyiapkan pengacara untuk mendampingi Gus Nur menghadapi masalah ini. Weleh-weleh, padahal biasanya FPI dan NU ini berseberangan dan berkonflik soal pemahaman nilai dan model penyebaran agama ya. Eh, kali ini malah vis a vis karena satu orang, yaitu Sugik Nur. Hadeuhh.
Namun, lebih jauh dari itu, by the way nih, jalan ceritanya benar hampir sama dengan pertempuran antara klan Senju dan Uchiha ya, sob. Kalau pertarungan Senju dan Uchiha mulai sangat panas pasca terbunuhnya adik Madara oleh Tobirama.
Kalau FPI dan NU, eskalasi mulai memanas lagi pasca penangkapan Sugik Nur ini. Namun, bedanya Sugik Nur sebenarnya bukan anggota atau bagian dari FPI, cuy. Entah deh sebenarnya apa alasan FPI memberikan dukungan kepada Gus Nur. Mungkin, nanti di lain waktu kita bisa tanya langsung saja ke Pak Novel dan Pak Slamet Maarif. Hehe. (F46)