HomeCelotehGibran-Risma “Butuh” Jokowi?

Gibran-Risma “Butuh” Jokowi?

“So I’ma stick around with Russ and be a mentor” – Gorillaz, band musik virtual asal Inggris


PinterPolitik.com

Siapa yang tidak tahu dengan Gibran Rakabuming Raka? Putra sulung dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini sebelumnya dikenal sebagai pengusaha atas berbagai jenis makanan.

Namun, akhir-akhir ini, Gibran dikabarkan akan mencalonkan diri dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Solo pada tahun 2020 ini. Rencana ini akhirnya menjadi sorotan tuh dari berbagai pihak.

Ya, meski begitu, Mas Gibran ini sepertinya masih perlu banyak belajar. Kala bertemu dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam kursus politik selama satu jam misalnya, putra sulung Jokowi ini diminta untuk membaca empat buku bacaan Presiden Soekarno.

Meski pertemuan itu telah selesai dilaksanakan pada Oktober 2019 lalu, Bu Mega sepertinya masih ingin memberikan ilmunya pada Gibran. Mungkin, itulah mengapa beliau memberikan arahan kepada Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk menemui Gibran.

Selain ada arahan dari Bu Mega, Mas Gibran sendiri sebelumnya pernah bilang kalau dirinya ingin menemui Bu Risma. Kata mantan pengusaha martabak tersebut, dirinya ingin belajar mengenai tata kota pada Wali Kota Surabaya itu.

Arahan Bu Mega dan keinginan Gibran ini akhirnya terwujud juga lho kala Bu Risma harus menghadiri beberapa kegiatan di Kota Solo. Kala itu, Bu Risma dan Mas Gibran janjian untuk makan pecel bersama di salah satu rumah makan.

Ya, mungkin, putra Jokowi satu ini bakal harus mengikuti beberapa SKS (sistem kredit semester) lagi biar bisa lulus jadi calon wali kota yang baik. “Makan pecel sekaligus kuliah,” begitu ujar Mas Gibran.

Hmm, by the way, Mas Gibran kan seharusnya juga bisa belajar ke Pak Jokowi. Pak Presiden sendiri kan memiliki pengalaman yang panjang soal jadi pemimpin eksekutif, baik di daerah maupun pusat. Apalagi, Pak Jokowi dulu juga pernah menjabat sebagai Wali Kota Solo.

Ya, terlepas dari perlu atau tidaknya itu, sepertinya nggak cuma Mas Gibran yang perlu belajar ke Pak Jokowi. Bu Risma mungkin bisa juga minta sesi-sesi kuliah ke Pak Presiden.

Kan, akhir-akhir ini, Bu Risma disebut-sebut bakal maju ke Pilkada DKI Jakarta pada tahun 2022 nanti. Mungkin, beliau bisa belajar dari mantan Gubernur DKI Jakarta itu secara langsung juga.

Apalagi nih ya, ada yang bilang kalau Bu Risma ini bakal mengikuti jejak-jejak politiknya Pak Jokowi di PDIP nih. Ya, kita nantikan sajalah kelanjutannya. Hehe. (A43)

View this post on Instagram

Angka kekerasan terhadap #perempuan terus meningkat setiap tahun, baik itu kekerasan fisik maupun kekerasan seksual. Saat ini Indonesia bahkan telah ada dalam kondisi darurat kekerasan seksual menurut laporan dari #KomnasPerempuan. Nyatanya, ada persoalan ketidakseimbangan relasi kuasa antara perempuan dan laki-laki di #Indonesia yang menjadi salah satu akar persoalan ini. Ini juga terjadi akibat budaya dominasi laki-laki yang sangat kuat. ⠀ ⠀ Temukan selengkapnya di Talk Show: “Dominasi dan Legacy Male Power terhadap Wanita Indonesia, Kenapa? Dari Mana? Masih Perlu?”⠀ ⠀ Tiket dapat dibeli di: http://bit.ly/TalkShowPinterPolitik ⠀ #infografik #infografis #politik #politikindonesia #pinterpolitik #EventPinterPolitik #TalkShowPinterPolitik #komnasperempuan #rockygerung

A post shared by PinterPolitik.com (@pinterpolitik) on

► Ingin lihat video-video menarik? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Baca juga :  Haji Isam: Yury Kovalchuk-nya Prabowo?
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?