Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka ingin menjadikan Kota Solo sebagai kota konser. Mungkinkah Gibran ingin menjadikan Solo sebagai pesaing Indio, California, Amerika Serikat (AS), yang punya Coachella atau Chicago, Illinois, AS, yang punya Lollapalooza?
“Lollapalooza, Coachella custies, that’s my type” – Ghostface Killah, “D.R.E.A.M.” (2019)
Hayoo, siapa yang tahun 2022 kemarin banyak menghabiskan waktu luang dengan menonton konser atau pentas musik? Bisa dibilang, setelah berbagai pembatasan selama pandemi Covid-19 mulai berakhir, tahun 2022 adalah momen bangkitnya kembali industri konser dan events.
Gimana nggak? Banyak konser-konser akhirnya muncul kembali pada tahun 2022 kemarin. Bahkan, ada banyak tuh konser-konser baru yang akhirnya sukses – misal nih Pestapora yang disebut-sebut berhasil menyaingi konser tahunan OG semacam We The Fest.
Nah, kompetisi antar-konser ini biasa terjadi – apalagi apabila target pasar mereka sama. Di sisi lain, nggak semua orang memiliki uang dan waktu untuk bisa menonton lebih dari satu konser dalam setahun.
Emang sih, kunci kesuksesan konser adalah line-up bintangnya dan kerunutan serta keteraturan acara. Inilah yang mungkin membuat konser tahunan baru semacam Pestapora bisa mengambil momentum yang sesuai pada tahun 2022 lalu.
Boleh jadi, momentum seperti inilah yang ingin diambil oleh Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka. Pasalnya, Gibran disebut ingin menjadikan Solo sebagai kota konser di Indonesia.
Hmm, polanya mulai terlihat sih. Pada Agustus 2022 lalu, misalnya, Solo menjadi salah satu kota yang menghelat konser untuk Dream Theater – yang mana sempat diumumkan oleh Wali Kota Gibran Rakabuming. Kemudian, pada tahun 2023 ini, Solo rencananya juga akan menjadi tuan rumah bagi konser Deep Purple.
Wah, ini artinya Solo mulai jadi pusat perhatian untuk konser-konser artis nasional dong. Kalau Solo bisa jadi kota konser beneran, mungkin boleh lah menyaingi Coachella di Indio, California, Amerika Serikat (AS), dan Lollapalooza di Chicago, Illinois, AS. Hehe.
Soalnya nih, kalau berkaca pada penjelasan Talisa Gassmann di tulisannya The Coachella Festival: An Opportunities and Threats Analysis, Coachella membuat Indio menjadi kota yang dijuluki sebagai “the city of festivals” atau “kota festival”.
Inipun membawa banyak kesempatan lebih bagi Indio. Beberapa di antaranya adalah peningkatan popularitas kota yang bisa berujung pada peningkatan jumlah wisatawan, serta peningkatan dalam kapabilitas bermusik bagi Solo dan sekitarnya.
Hmm, mungkin nih, para penyanyi dan rapper jadi makin sering nge–refer Kota Solo di lirik-lirik mereka – seperti Coachella yang disebut rapper Ghostface Killah pada kutipan di awal tulisan. Bayangkan coba suatu hari nanti The Weeknd tiba-tiba teriak, “Solo, what’s up?!” Hehe. (A43)