HomeCelotehGaya Ridwan Kamil ala INTM?

Gaya Ridwan Kamil ala INTM?

Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil (RK) alias Kang Emil melakukan sesi foto dengan menggunakan vest berwarna kuning. Apakah Kang Emil sudah memenuhi standar modelling ala Indonesia’s Next Top Model (INTM)?


PinterPolitik.com

“Kamu. Cerita, ekspresi, sama pose kamu nggak nyambung” – Ayu Gani, Indonesia’s Next Top Model (2020-sekarang)

Kutipan di awal tulisan di atas adalah komentar dari seorang mentor dan juri di acara televisi bertajuk Indonesia’s Next Top Model (2020-sekarang) – atau kerap disingkat dengan INTM. Ayu Gani, seorang model dan influencer kecantikan, kala itu mengomentari pose yang tengah dilakukan oleh seorang peserta model dalam sebuah sesi foto.

Di sesi foto dalam salah satu episode di musim kedua tersebut, tema yang diambil adalah pose boneka yang juga menceritakan sebuah story dari boneka tersebut. Namun, banyak dari peserta malah memasang pose seram layaknya boneka hantu.

Mungkin, para model ini ingin melakukan sejumlah teknik layaknya cheating the camera – sedikit mengarahkan mata ke objek lain. Namun, ya, tentu saja, tidak semua sejalan sesuai ekspektasi dengan tema tersebut.

Sontak saja, para mentor – yakni Ayu dan Luna Maya – tampak marah-marah kepada para model tersebut. Komentar-komentar pedas pun keluar dari mulut mereka saat hasil-hasil foto tersebut dibawa ke dewan juri – yang juga beranggotakan Ivan Gunawan dan Dave Hendrik.

Hmm, dari komentar-komentar pedas ala juri-juri INTM ini, orang-orang mungkin bisa belajar bahwa menjadi model bukanlah hal yang mudah. Apalagi, model harus bisa menonjolkan satu hal yang ingin ditunjukkan dalam satu frame foto.

“Model adalah alat peraga,” ujar Ivan saat memberikan komentar ke foto-foto hasil para kontestan model. Sebagai desainer fesyen, Ivan pun menyebutkan bahwa fokus utama model adalah untuk menunjukkan keindahan busana yang dikenakan.

Baca juga :  Prabowo dan Prelude Gerindra Empire?
Done Deal Ridwan Kamil ke Golkar

Namun, bagaimana bila sesi foto yang dilakukan ternyata ditujukan untuk menonjolkan hal lain selain busana atau baju yang digunakan? Ada lho yang seperti itu. Salah satu contohnya adalah apa yang dilakukan oleh Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil (RK) alias Kang Emil.

Gimana nggak? Kang Emil beberapa waktu lalu mengunggah kegiatannya bersama teman kader terbaru Partai Golkar-nya, yakni Rian Ernest, di akun Instagram miliknya. Mantan Wali Kota Bandung dan mantan politikus PSI tersebut tampak melakukan sesi foto dengan mengenakan vest berwarna kuning.

Well, instead of menunjukkan keindahan busana yang mereka pakai, Kang Emil dan Rian Ernest tampak menunjukkan warna vest mereka. Ini terlihat dari gimana komposisi warna yang digunakan kecuali vest mereka. Mostly, pakaian dan objek lain berwarna putih.

Hmm, mungkin nih, kalau Ivan ingin para model menonjolkan keindahan busana mereka, Kang Emil dan Rian Ernest justru ingin menonjolkan warna vest mereka. Pasalnya, warna vest itu sejalan dengan apa yang dijelaskan Kang Emil di caption unggahannya.

Nah, warna memang kerap menggambarkan identitas – bahkan ideologi – partai. Ini sejalan dengan penjelasan Matteo CM Casiraghi, Luigi Curini, dan Eugenio Cusumano dalam tulisan mereka The Colors of Ideology: Chromatic Isomorphism and Political Party Logos yang memaparkan bahwa partai-partai politik (parpol) bergerak layaknya perusahaan yang menggunakan warna sebagai branding mereka.

Apalagi nih, parpol di mana mereka baru bergabung juga memiliki kaitan erat dengan warna kuning. Parpol apa lagi kalau bukan Golkar? Hmm, mungkin, Kang Emil dan Rian Ernest kini jadi top model baru buat brand Golkar kali ya – alias Golkar’s Next Top Model (GNTM)? Hehe.

So, judges, how do they look? Apakah pose mereka sudah benar-benar membuat Golkar bisa stand-out – katakanlah pada tahun 2024 nanti? Menarik untuk diamati perkembangannya nih. (A43)

Baca juga :  Bahlil "Dimasak", Prabowo's Mind Games?

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?