HomeCelotehGanjar Tak Malu Bawa Bekal?

Ganjar Tak Malu Bawa Bekal?

Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo terlihat mengonsumsi bekal makanannya guna mencegah kegiatan santap siang di luar kala penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Jawa dan Bali. Sikap Ganjar ini bisa saja menunjukkan bahwa tidak perlu merasa malu ketika membawa bekal sendiri.


PinterPolitik.com

Ketika kita tengah sibuk bekerja di kantor atau belajar di kelas, kadang kita bingung tuh kala bel atau waktu istirahat tiba. Ada satu pertanyaan yang biasanya muncul, yakni, “Makan apa ya enaknya siang ini?”

Biasanya sih, waktu masih duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA), mimin sih langsung ngajak teman-teman mimin untuk pergi makan di kantin. Tapi, iya sih. Itu pun juga masih bingung mau beli makanan apa. Makanan yang dijajakan pun bermacam-macam.

Makanya tuh, kalau mimin udah suka dengan satu jenis makanan yang dijual, mimin bakal beli itu terus tuh dalam periode waktu yang cukup lama. Ya, selain emang suka, biar gampang juga dan nggak ribet gitugaes.

Tapi, itu cara mimin biar nggak sering bingung mau makan apa, gengsNah, salah satu politikus dan pejabat di Indonesia punya cara lain nih. Beliau adalah Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo.

Gimana nggak? Beberapa waktu lalu, Pak Ganjar ini memutuskan untuk memakan bekal makan siangnya daripada melakukan santap siang bersama salah satu wali kota di Jateng. Bahkan, Gubernur Jateng itu terlihat makan sambil ngemper di pembatas parkir lho.

Hmmmimin tertarik nih dengan cara Pak Ganjar biar nggak bingung mau makan apa. Lagipula, di tengah pandemi Covid-19 yang tidak kunjung usai ini, makan di luar bisa aja nggak aman – apalagi kalau di tempat-tempat makan yang ramai.

Baca juga :  “Parcok” Kemunafikan PDIP, What's Next?

Baca Juga: Ganjar Jadi Sosok Idaman?

Siasat Ganjar Cegah Krisis Oksigen

Mungkin, Pak Ganjar ini emang suka bawa bekal makanan kali ya? Sebenarnya, bagus juga tuh kalau suka makan bekal. Selain emang bisa lebih sehat dan mengontrol gizi yang kita konsumsi, biaya makan pun bisa jadi lebih murah kan.

Mimin jadi ingat lagi nih kala masih duduk di bangku sekolah. Soalnya, kalau mimin ingat-ingat lagi, mimin sering merasa malu lho dengan teman-teman kalau membawa bekal. Selain itu, kalau bawa bekal, biasanya mimin nggak diajak hang-out santai dan makan bersama di kantin tuh.

Hmm, apa mungkin Pak Ganjar ini tipe anak yang jarang diajak nggumbul bersama teman-teman ya? Kan, Gubernur Jateng tersebut suka bawa bekal sendiri tuh. Apa ini nih yang jadi salah satu penyebab kemarin Pak Ganjar nggak diundang ke acara teman-teman PDIP-nya? Hehe.

Barang kali, Ketua DPP PDIP Puan Maharani udah tahu kali kalau Pak Ganjar nggak bakal mau diajak hang-out karena udah pasti bawa bekal. Hmm, ini mungkin kenapa Mbak Puan lebih suka “teh botol” kali ya? Upsss.

Ya, terlepas dari persoalan diajak atau nggak diajak itu, mungkin, Pak Ganjar emang mau memberikan contoh baik dengan tidak makan di luar, serta dengan mengontrol gizi melalui bekal sendiri. Tapi nih, Pak, sekarang ada lho yang namanya Zoom lunch – yakni makan siang bersama secara virtual. Sekali-kali, maksi (makan siang) secara virtual bareng mimin yuk, Pak. Hehe. (A43)

Baca Juga: Ganjar vs Puan Hanya Sandiwara?


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Baca juga :  Segitiga Besi Megawati
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?