Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo tidak sengaja bertemu dengan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini (Risma) ketika berziarah ke makam Presiden Soekarno (Bung Karno) yang berlokasi di Blitar, Jawa Timur (Jatim).
Konon, ada yang bilang pada akhir Oktober, batasan dunia nyata dan dunia gaib meraih momentum tertipisnya. Ketika batas ini menipis, mereka yang telah mati dan mereka yang hidup semakin mungkin untuk berinteraksi – di mana para manusia akan menyamar sebagai makhluk-makhluk gaib dengan kedok Halloween.
Mungkin, momen-momen inilah yang membuat Kak Ganjar dari Negara Indonesia di alternate universe Bumi-45 mengunjungi makam Presiden Kusno alias Bung Karno yang berlokasi di Blitar. Kunjungan ini dilakukan ketika Kak Ganjar mumpung berada di Pulau Jawa bagian timur.
Kak Ganjar: Assalamualaikum. Nuwun sewu.
Bu Risma: Waalaikumsalam. Ono opo njengengan datang kemari?
Kak Ganjar: Kulo badhe ziarah ke makamnya Pak Kusno. Njenengan sinten?
Bu Risma: Saya yang jaga makam di sini. Saya sudah stay di sini dua hari lho. Apa alasan kamu ziarah ke makamnya Pak Kusno?
Kak Ganjar: Hmm, anu. Saya mau minta izin buat…
Bu Risma: Oke. Silakan. Monggo.
Kak Ganjar: (Lha, piye? Wong saya belum selesai ngomong.) Oh, iya, iya. Matur nuwun, Bu.
Bu Risma: Tapi saya dampingin ya.
Kak Ganjar dan Bu Risma akhirnya bersama-sama pergi ke pusara Bung Karno. Setibanya di sana, Kak Ganjar pun memanjatkan doa dan berkeluh kesah kepada sang Bapak Proklamator tersebut.
Baca Juga: PDIP PDIP dan Kenangan Ganjar
Kak Ganjar: Pak Kusno, kulo badhe cerita sedikit. Saya sebenarnya sangat menghormati Pak Kusno. Namun, entah mengapa, saya merasa saya ini tidak disukai oleh cucu Pak Kusno. Kedatangan saya ke sini juga karena saya hendak meminta “restu” Pak Kusno untuk tahun 2024.
Bu Risma: Lho heh. Kok tiba-tiba mau ke 2024? Ajak saya juga dong.
Kak Ganjar: Lha, nanti Bu Mega bilang apa kalau njenengan ikut saya?
Bu Risma: Mas Ganjar ini gimana toh? Kan, Bu Mega itu sahabat saya. Buktinya, dulu, di Kota Sorbejeh, saya dibelain terus-terusan sama Bu Mega.
(Tiba-tiba, suasana berubah menjadi dingin. Ternyata, Pak Kusno sudah duduk di samping pusaranya.)
Pak Kusno: Kalian ini kenapa? Kok malah ngerasani anak saya Mega? Memangnya, Mega kenapa toh?
Kak Ganjar: Wah. Kulo nuwun pangapunten, Pak Kusno.
Bu Risma: Nggih. Sepurane, Pak Kusno.
Pak Kusno: Tadi, saya dengar kalian juga mau maju di pemilihan presiden tahun 2024 ya?
Kak Ganjar & Bu Risma: Nggih, Pak Kusno.
Pak Kusno: Hmm. Sebenarnya, saya sedih. Kok ya kenapa para penerusku ini selalu ke sini setiap mau mencalonkan diri? Kan, demokrasi terpimpin juga sudah lama berakhir. Jadi, bukan saya lagi pemimpin revolusinya.
Kak Ganjar: Anu, Pak. Kulo badhe nuwun restunya Pak Kusno saja.
Pak Kusno: Lha, saya bisa apa? Maju ya maju saja, Njar. Kamu, Risma, mau maju juga? Maju ya maju aja. Tapi ingat, tantangannya juga berat. Ingat kata saya, perjuangan kami berat melawan penjajah, tapi perjuangan kalian bakal jadi lebih berat karena melawan saudara sebangsa sendiri. Itu saja pesan saya, Njar, Ris. Tahu kan itu quote saya tadi?
(A43)
Baca Juga: Kenapa PDIP Tidak Pecat Ganjar?
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.