HomeCelotehGanjar Mau "Di-ospek" Prabowo?

Ganjar Mau “Di-ospek” Prabowo?

Setelah wacana duet Ganjar Pranowo dan Erick Thohir, kini giliran wacana duet Ganjar dan Prabowo Subianto yang ramai dibicarakan. Menurut Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo, Partai Gerindra terbuka dengan ide duet maut ini tetapi Prabowo tidak mungkin sebagai wakilnya. 


PinterPolitik.com

“Jangan dikira sudah bisa masuk UI lantas kalian semua merasa hebat! Belum! Piyek-piyek dan tuyul-tuyul macam kalian ini belum pantas dianggap mahasiswa.” – Habibie & Ainun 3 (2019) 

Siapa yang masih ingat dengan masa-masa orientasi sekolah? Kegiatan MOS atau ospek ini biasanya dilakukan saat mahasiswa baru masuk ke kampus. Tujuannya sih untuk mengenalkan para mahasiswa baru dengan lingkungan dan budaya kampus. Akan tetapi, tidak jarang kita jumpai ospek dengan bumbu-bumbu senioritas di dalamnya.

Ospek umumnya diselenggarakan oleh para senior di kampus terkait. Kegiatan ospek bervariasi dari satu kampus ke kampus lainnya. Di kampus yang masih kental dengan budaya senioritas, mahasiswa baru biasanya akan didorong untuk hormat – bahkan tunduk – kepada seniornya.

Eits, tapi jangan salah. Budaya senioritas gak hanya dijumpai di level kampus saja. Buktinya, budaya ini juga subur tumbuh di urusan perpolitikan. 

Bukan nggak mungkin, Ketua Umum (Ketum) Partai Gerindra Prabowo Subianto adalah salah satu contoh politikus yang masih mengadopsi budaya ini. 

Kenapa demikian? Well, belum lama ini beredar video pertemuan Prabowo dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan

Dalam video ini, Prabowo terlihat meminta izin untuk duduk kepada Luhut. “Kalau Abang tidak izinkan saya duduk, saya gak duduk,” ujar Prabowo. Ucapan ini disambut Luhut dengan tawa sambil memberikan Prabowo izin untuk duduk.

Baca juga :  Ara-ara~ Maruarar Sirait

Interaksi singkat di atas menunjukkan rasa hormat Prabowo terhadap hierarki dan konsep senior-junior meskipun sudah purna TNI. Namun, interaksi Prabowo dan Luhut bukanlah satu-satunya contoh dari budaya senioritas di perpolitikan.

Ganjar Hanya Godaan Prabowo

Belakangan, ide menduetkan Prabowo dan Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo ramai diperbincangkan. Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra Hashim Djojohadikusumo, sekaligus adik laki-laki Prabowo Subianto, sampai ikut merespons.

Kalau kata Pak Hashim sih, ide menduetkan Prabowo-Ganjar disambut dengan terbuka oleh Gerindra. Akan tetapi, tangan terbuka Gerindra ini tidaklah tanpa syarat.

Jika ingin menyatukan Prabowo dengan Ganjar, Prabowo haruslah sebagai calon presiden (capres). Sebab, Prabowo jauh lebih senior dari Ganjar. Bagaimana tidak? Secara usia saja, Prabowo dan Ganjar terpaut 17 tahun.

Waduh, jangan-jangan Pak Prabowo mau meng-ospek Pak Ganjar nih? Pasalnya, bagi Hashim, usia yang jauh berbeda ini menunjukkan bahwa Pak Prabowo memiliki pengalaman berpolitik yang lebih matang.

Anggapan Hashim ini mungkin saja ada benarnya. Menurut Berton dan Panel dalam tulisan mereka yang berjudul Gerontocracy in a comparative perspective: Explaining why political leaders are (almost always) older than their constituents, terdapat alasan-alasan strategis di balik korelasi positif antara usia politisi dan karier politik mereka.

Gerontocracy dipahami sebagai suatu sistem politik yang dipimpin oleh orang berusia tua. Di negara demokratis, Bertol dan Panel menemukan bahwa pemilih cenderung lebih menyukai pemimpin yang dinilai sudah berpengalaman. 

Semakin banyak waktu yang seseorang investasikan dalam pekerjaannya, semakin banyak pula pengalaman yang ia tampung. Oleh karena itu, semakin berpengalaman sama dengan semakin tua. 

Melihat jarak usia Prabowo dan Ganjar yang begitu jauh, mungkinkah memang sudah sepantasnya Pak Prabowo yang maju sebagai capres? Atau sudah saatnya kita meninggalkan budaya senioritas ini di belakang?  (A89)

Baca juga :  Menyoal Kabinet Panoptikon ala Prabowo

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Safari Politik Prabowo Mulai dari Atas?

Momen Lebaran akhir April lalu rupanya digunakan Prabowo Subianto, Ketua Umum (Ketum) Partai Gerindra, untuk bersilaturahmi ke kediaman berbagai kolega dan temannya. Adapun beberapa tempat yang ia kunjungi adalah kediaman Joko Widodo (Jokowi), Mahfud MD, Wiranto, AM Hendropriyono, dan lainnya. Apakah safari politik Prabowo berbalutkan sowan dimulai dari kunjungan ke para elite?

Ganjar Perlu Branding Politik Baru?

Pada 21 April 2023, Ketua Umum (Ketum) PDIP, Megawati Soekarnoputri, resmi menetapkan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, sebagai calon presiden (capres) usungan partai. Padahal, baru Maret lalu, Ganjar mengalami blunder hebat akibat pernyataannya mengenai Piala Dunia FIFA U-20 di Indonesia. Karena itu, pantas kita pertanyakan, bisakah PDIP pertahankan titel king maker dengan capres pilihannya?

Rumor Reshuffle, Anies Akan Hilang Lagi?

April lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menambahkan jabatan Wakil Menteri Kominfo (Wamenkominfo) melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 22 Tahun 2023. Akibatnya, isu reshuffle kabinet pun kembali muncul. Mungkinkah ini jadi sentilan reshuffle selanjutnya pada Partai Nasdem, dan Anies?