HomeCelotehGanjar Jadi Personel Slank?

Ganjar Jadi Personel Slank?

Gubernur Jawa Tengah (Jateng) beberapa hari lalu bernyanyi bersama Slank pada konser “Beautiful Smile” untuk memperingati HUT ke-39 Slank yang digelar di Pelataran Candi Prambanan, DI Yogyakarta. Mengapa penampilan Ganjar bersama Slank bisa memiliki dampak politik?


PinterPolitik.com

“Di malam yang dingin dan gelap sepi” – Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah (Jateng)

Kutipan di atas adalah potongan lirik dari lagu Slank berjudul “Terlalu Manis (Suka-Suka)” (1991) yang dinyanyikan oleh Slank bersama Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo dalam konser “Beautiful Smile” guna memperingati HUT ke-39 Slank yang dihelat pada Sabtu, 17 Desember 2022, di Pelataran Candi Prambanan, Yogyakarta.

Di acara tersebut, Ganjar tiba-tiba dipanggil oleh Kaka Slank untuk naik ke panggung. Ditonton juga oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, Ganjar pun berpidato membacakan sejumlah poin yang disebutnya sebagai “13 Ajaran Ga Sempurna Slankisme”.

Nah, mungkin nih, Slank ingin mengajak Ganjar untuk jadi bintang tamu surprise kepada para Slankers – sebutan untuk penggemar Slank – nih. Kan, biasa tuh, kalau dalam konser-konser musisi itu sendiri, artis tamu diundang untuk akhirnya tampil bersama bintang utama – misal guna menyanyikan lagu-lagu kolaborasi mereka.

Penyanyi rap (rapper) bernama 21 Savage, misalnya, tiba-tiba mengundang teman rapper lainnya, Drake, ke panggung saat menggelar konser “Spelman Morehouse Homecoming 2022” di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat (AS). Tentunya, para fans tidak menduga dan merasa surprised dengan kemunculan Drake.

Boleh jadi nih, Slank juga ingin mengajak Ganjar buat kolaborasi nih – misal buat projects di masa mendatang. Soalnya nih, bukan sekali ini aja kok Slank mengajak seorang politikus buat melakukan kolaborasi.

Baca juga :  Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Sebelumnya, ada juga Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menjadi featured artist di lagu Slank yang berjudul “NgeSlank Rame-Rame” pada tahun 2014 silam. Ya, meski Pak Jokowi nggak bernyanyi di lagu itu, mantan Wali Kota Solo tersebut terdengar berbicara dalam track tersebut.

Slank vs Rhoma Irama

Boleh lah ya kalau Pak Ganjar bener-an jadi featured artist di lagunya Slank yang baru. Atau, mungkin, menjadi menarik juga kalau Pak Ganjar bikin project bareng dengan Slank – misal nih dengan bikin satu album penuh macam Drake dan 21 Savage di Her Loss (2022). Hehe.

Atau, mungkin nih, bisa aja malah kolaborasinya bukan di dunia musik. Bisa aja lho, kolaborasi Slank-Ganjar ini malah dilakukan di bidang politik. Kan, kalau kita ingat dulu, Pak Jokowi dan Slank juga sering kolaborasi – misal dengan menyatakan dukungan dan tampil di kegiatan-kegiatan kampanye politik.

Hmm, emang-nya kenapa sih keterlibatan Slank menjadi penting? Kenapa band yang didirikan pada tahun 1983 ini bisa mempunyai pengaruh dalam dimensi politik?

Mengacu pada artikel PinterPolitik.com yang berjudul Tarung Efek Rhoma vs Slank, musik juga merepresentasikan identitas diri, termasuk kecenderungan identitas politik. Slank, misalnya, melalui narasi dalam lirik-liriknya, memiliki kedekatan pada isu-isu sosial di masyarakat.

Bukan nggak mungkin, entah suka bener-an atau tidak dengan musik-musik Slank, politisi yang mendekati Slank ingin tampil dekat dengan masyarakat bawah yang memiliki concern terhadap isu-isu sosial yang populer. Ini bisa jadi membentuk persepsi para pemilih kepada sang politisi.

Oh, iya. Selain karena memiliki kedekatan identitas tertentu, Slank juga memiliki basis penggemar Slankers yang kuat lho. Sampai-sampai, para Slankers dengan banner-nya juga hadir di konser-konser musisi lain.

Baca juga :  Last Battle for the Swing Voters

Ya, mungkin, kalau di kampanye, jangan-jangan para Slankers juga hadir tuh di kampanye kandidat-kandidat lain. Waduh, bisa-bisa, semua jadi Slankers tuh ujungnya. Hehe. (A43) 


spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?