Site icon PinterPolitik.com

Gandeng PSI, Golkar Menolak Tua?

gandeng psi golkar menolak tua

Ketua Umum (Ketum) PSI Giring Ganesha (kanan) bertandang ke DPP Partai Golkar untuk bertemu dengan Ketum Golkar Airlangga Hartarto (kiri). (Foto: Istimewa)

Pertemuan antara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Partai Golongan Karya (Golkar) disinyalir merupakan bentuk pendekatan antar keduanya menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang. Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, menegaskan jika PSI sudah meluncurkan ‘panah asmara’.


PinterPolitik.com

Istilah panah asmara ini identik dengan orang yang jatuh cinta atau terpesona. Hmm, ya mungkin hal ini sedang dialami oleh Partai Golkar yang ‘jatuh cinta’ terhadap PSI. 

Wah, baru juga pendekatan tapi kok sudah bilang cinta? Apa begitu kerennya ya PSI sehingga membuat partai yang sudah berumur tua itu jatuh hati? 

Well, secara umum sebenarnya tidak heran dalam dinamika politik terjadi penjajakan antara satu partai dengan partai lainnya. Apalagi jika mengacu pada latar belakang kedua partai ini, masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda. 

Golkar identik dengan sebuah partai yang memiliki sejarah panjang karena sudah ada sejak era Orde Baru hingga saat ini. Eits, meski berumur tua karena telah eksis sejak tahun 1964, namun partai berlambang pohon beringin ini tidak mau lho disebut partai yang diisi orang-orang tua. 

Penolakan terhadap anggapan Golkar sebagai partai tua ini pernah dikemukakan oleh Ketua Dewan Pakar Golkar, Agung Laksono. Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) ini bahkan menegaskan jika partainya mampu meraup suara kaum milenial. 

Namun, Ketua DPP Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia menegaskan kalau partainya agak kesulitan merebut suara generasi milenial. Wah, ternyata stigma ‘partai tua’ ini sulit hilang ya, dari Golkar. 

Well, maka wajar sih kalau Golkar baru-baru ini menggandeng PSI yang notabene akrab dengan generasi milenial. Apalagi kader-kadernya masih berusia muda, sebut saja seperti Grace Natalie, Giring Ganesha hingga Faldo Maldini. 

Jadi ya, nggak heran juga kalau PSI ini bisa dianggap sebagai partai yang mewakili aspirasi generasi muda atau milenial. Ketua Umum PSI, Grace Natalie bahkan mengklaim kalau 60 persen caleg yang mendaftar merupakan generasi milenial. 

Hm, bak gayung bersambut nih, Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto pun pernah mengatakan jika partainya harus melakukan kampanye yang menyasar pada generasi milenial. 

Wah, sudah cocok nih, kalau begitu. Golkar bisa belajar memahami generasi milenial, sementara PSI mungkin bisa belajar untuk menjadi partai yang besar dan kuat hingga saat ini. 

Ya, intinya sih keduanya sama-sama belajar ya satu sama lain. Jangan sampai antara satu dengan yang lain hanya bermain drama saja untuk kepentingan sesaat alias politik praktis. Dalam tulisan Matthew Festenstein, berjudul Spotlight: Pragmatism in Contemporary Political Theory, menegaskan bahwa pragmatisme dianggap sebagai tindakan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, namun tidak memiliki referensi yang luas untuk mencapainya. 

Hm, dengan kata lain, yaitu untuk mencapai tujuan, maka tiap individu atau kelompok harus mempertimbangkan setiap langkah yang akan diambil dan menjauhi tindakan yang gegabah. 

Ya, keduanya tentu punya tujuan yang berbeda sehingga tiap langkah harus dipertimbangan secara matang. Makanya, kedua partai yang berbeda generasi ini mau duduk bersama untuk mencapai tujuannya masing-masing. 

Intinya, magnet milenial yang identik dengan PSI mampu menarik hati Golkar bak tertembak panah asmara. 

Seperti lagu yang dinyanyikan Ketua Umum PSI, Giring Ganesha ketika masih menjadi vokalis dari band Nidji yang berjudul ‘Bila Aku Jatuh Cinta’. Di dalam liriknya disebut jika orang jatuh cinta, maka bulan dan matahari pun bisa menghampiri. 

Ya, kalau sudah jatuh cinta, hal yang tidak masuk akal seolah bisa dilakukan sih. Seperti partai sebesar Golkar yang ‘akhirnya’ mau duduk bareng PSI yang notabene masih partai baru. 

Well, mungkin ini juga kelebihan PSI, karena ketuanya merupakan mantan anak band yang bisa menciptakan lagu dan menarik perhatian masyarakat hingga ‘baper’ seperti Golkar. (G69)


Exit mobile version