Site icon PinterPolitik.com

G20: Reverie bagi Xi Jinping?

G20: Reverie bagi Xi Jinping?

Presiden AS Joe Biden berbincang dengan Presiden Cina Xi Jinping di KTT G20, Bali, 14 November 2022. (Foto: Reuters)

“Siapapun yang berusaha memisahkan Taiwan dari Tiongkok akan melanggar kepentingan fundamental bangsa Tiongkok. Rakyat Tiongkok tentu saja tidak akan membiarkan hal itu terjadi!” – Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Rakyat Tiongkok (RRT) 


PinterPolitik.com

Bagi pecinta manga One Piece, pasti tidak asing dengan istilah “Reverie”. Istilah ity merujuk pada sebuah pertemuan raja atau ratu dalam periode tertentu di Istana Mariejoa untuk membahas hal-hal yang dapat mempengaruhi dunia.

Reverie sebenarnya semacam dewan yang dibentuk oleh Pemerintah Dunia yang terdiri atas 50 pemimpin dunia dari lebih dari 170 negara yang berafiliasi dengan Pemerintah Dunia.

Nah, beberapa hari ini, atmosfer yang sama tampak pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali yang digelar pada 15-16 November 2022. Terdapat 17 kepala negara yang hadir. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Xi Jinping adalah dua di antara 17 pemimpin tersebut.

Anyway, berbicara soal dua tokoh ini, yakni Biden dan Xi, membuat kita sedikit merasa deg-degan. Seperti yang kita tahu, kedua pemimpin dunia ini sering diberitakan sempat berseteru soal isu Taiwan – atau yang juga dikenal sebagai Republik Tiongkok.

Taiwan begitu sensitif bagi Tiongkok. Sampai-sampai, Xi pernah berujar bahwa negaranya akan menindak tegas siapa saja yang berusaha memisahkan Taiwan dari Tiongkok.

Bahkan nih, menurut informasi dari Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Tiongkok, Xi saat bertemu dengan Biden di Bali memperingatkan AS terkait Taiwan yang menjadi “garis merah pertama” yang tidak boleh dilanggar dalam hubungan bilateral kedua negara.

Biden Takut Xi Jinping?

Seperti yang diketahui, posisi Taiwan itu begitu strategis bukan karena persoalan sosial-historis dengan Tiongkok saja, melainkan juga merupakan persoalan strategi geopolitik di antara dua kekuatan besar ini.

Xi ingin mendobrak perangkap militer yang sejauh ini dikenal dengan Island Chain Strategy atau ICS.

Satya Pratama dalam tulisannya Strategi Rantai Pulau (Island Chain Strategy) dan Nine-Dash Lines menyebutkan bahwa perhatian Tiongkok terhadap kedaulatan maritimnya selalu bersinggungan dengan persoalan ICS.

Sedikit memberikan catatan sejarah, ICS ini muncul dari pemikiran Menteri Luar Negeri (Menlu) AS John Foster Dulles saat Perang Korea membara pada tahun 1951. Strategi ini dipercaya AS mampu membatasi ruang gerak Uni Soviet dan Tiongkok pada era Perang Dingin.

Sampai saat ini, ICS menjadi momok tersendiri bagi Tiongkok. Bahkan, dikabarkan kalau penyusunan strategi People’s Liberation Army (PLA) Navy (Angkatan Laut Tiongkok) dan juga kebijakan ekonomi Tiongkok tidak lepas dari antisipasi atas perangkap ICS itu sendiri.

Hmm, wajar sih sampai Xi begitu tegas bicara Taiwan. Soalnya, ada perangkap ICS toh. Siapa sih yang mau negaranya dikelilingi oleh sebuah rantai imajiner yang sengaja dibuat oleh “musuh”? Pantesan Xi menyebutnya sebagai “first red line”.

By the way, lagilagi ada kemiripan nih soal first red line yang diucapkan Xi dengan “Red Line” yang ada dalam anime One Piece. Keduanya sama-sama mempunyai arti sebagai batas untuk tidak boleh dilewati.

Well, bicara Tiongkok-AS memang tidak ada habisnya. Seperti halnya kita bicara anime One Piece, hubungan kedua negara ini penuh misteri tetapi kadang juga memperlihatkan chemistry.

Oh, iya, di chapter terakhir One Piece, ada pulau yang dihancurkan oleh Im-Sama dan Pemerintah Dunia setelah pertemuan Reverie loh. Apakah ini mungkin semacam ramalan kalau setelah KTT G20 mungkin ada peristiwa yang sama terjadi dan mengakibatkan perang? Waduh, bisa berabe tuh. (I76)


Mengapa Militer Tiongkok Bisa Begitu Kuat?
Exit mobile version