“Keadilan, kebenaran, kebebasan, itulah pangkal dari kebahagiaan” – Plato, filsuf asal Yunani
Cuy, kalian sudah dengar dong pasti gonjang-ganjing informasi bahwa pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab (HRS) akan kembali ke Tanah Air. Bahkan, kepulangan Imam Besar FPI ini dikatakan bahwa akan memimpin sebuah gerakan revolusi besar, sob.
Namun, ternyata isu tersebut berkembang secara liar loh. Sampai-sampai, Sekretaris Umum FPI Munarman memberikan klarifikasi dan mengungkapkan makna revolusi yang akan dipimpin HRS jika tiba di Indonesia.
Menurut Munarman, revolusi yang dimaksud adalah sebuah gerakan memperbaiki perilaku – atau dalam konsep Islam itu disebut akhlak, gengs.
Namun, ternyata isu tersebut sudah berkembang secara liar dan tidak terkontrol banget. Kalau mimin ibaratkan nih bagai layang-layang yang benangnya putus, nggak bisa diamankan. Bisanya ya hanya dikejar sama banyak orang.
Karena sudah sampai ke mana-mana, akhirnya Kantor Staf Presidenan (KSP) menilai seruan-seruan HRS ini tidak mencerminkan revolusi akhlak. Bahkan, menurut perwakilan dari KSP, Donny Gahral, gerakan tersebut lebih dekat dan identik dengan sebuah gerakan yang bertujuan menggulingkan kekuasaan, cuy.
Weleh-weleh, bisa gawat dong kalau memang seperti itu. Bahkan, Dony menilai bahwa seruan dan jargon yang dibawa oleh FPI dan HRS nih nggak konsisten gitu, sob. Ibaratnya antara jargon dengan gerakan nggak sinkron sama sekali.
Makanya, Mas Donny ber-statement seperti ini, “Ya, revolusi akhlak ya harus tidak dengan kekerasan. Kalau memang revolusi akhlak, gerakan moral. Kan, kita tahu bagaimana seruan Habib Rizieq ya. Itu bukan seruan-seruan revolusi akhlak. Itu seruan penggulingan kekuasaan. Jadi, tidak konsisten antara jargon yang dipakai dengan revolusi akhlak yang kita baca di sosial media dengar dari berita.”
Kalau mimin pikir secara mendalam, cuy, dengan harapan dan gerakan yang dibuat oleh pihak FPI ini malah seakan-akan kontradiktif loh. Pasalnya, hal tersebut dapat membuat sang tokoh besar FPI ini malah susah pulang dan akan semakin lama di luar negeri bila kontroversi terus menyertai.
Terlebih, ada dua versi terkait kenapa sang HRS susah untuk kembali ke tanah air. Pertama, versi pemerintah yaitu karena visa beliau ini terkena red blinking karena overstay sehingga dinilai melanggar aturan di Arab Saudi. Sementara, versi kedua yaitu ada pencekalan yang sengaja dilakukan oleh pemerintah Indonesia – meski ini masih simpang siur beritanya.
Lagian, HRS ini ibaratnya sudah seperti Bang Toyib loh – perihal kepulangannya yang dinanti-nanti. Sudah berapa kali puasa dan berapa kali lebaran nggak pernah pulang. Kita kan juga rindu dengan beliau. Hehe (F46).