Site icon PinterPolitik.com

Fahri Hamzah Jarang Ronda Malam?

Fahri Hamzah Jarang Ronda Malam?

Fahri Hamzah pulang kampung ketemu kedua orangtuanya di Sumbawa. (Foto: riau24.com)

Melihat terbentuknya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang dinilai minim perencanaan politik, Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah menyebut koalisi itu seperti pos ronda. Lantas, apakah benar KIB hanya perkumpulan layaknya pos ronda?


PinterPolitik.com

Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah menyentil pembentukan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang diprakarsai oleh Partai Golkar, PAN, dan PPP. Menurut Fahri, partai politik (parpol) sebenarnya tidak perlu membentuk koalisi dalam sistem presidensial karena dalam sistem presidensial tidak dikenal adanya pembentukan koalisi.

Dalam sistem presidensial rakyat memilih presiden yang artinya presiden berkoalisi dengan rakyat. Sedangkan legislatif yang diwakili oleh DPR menjadi pengawas dan oposisi terhadap eksekutif.

Jika parpol berkoalisi dalam sistem presidensial, artinya mereka sebenarnya hanya membuat persekongkolan. Karena rakyat memilih anggota DPR, DPR harus menjadi oposisi, tidak boleh anggota DPR mendukung pemerintah.

Yang menarik, Fahri mengungkapkan bahwa koalisi KIB ibarat berkumpul tanpa akal. Ia mengumpamakan layaknya orang-orang yang berkumpul di pos ronda, perkumpulan tanpa perlu ada rencana sebelumnya.

KIB Kayak Pos Ronda ujar Fahri Hamzah

Hmm, tapi bicara soal pos ronda, mungkin Bang Fahri ini lupa kalau pos ronda yang saat ini ada di sekitar lingkungan kita itu menyimpan kenangan dan sejarah perjuangan yang panjang.

Mungkin terdengar tak penting karena saat ini teknologi sudah menggeser fungsi pos ronda melalui kamera Closed Circuit Television (CCTV). Tapi riwayat pos ronda di Indonesia jangan disepelekan keberadaannya.

Hendaru Tri Hanggoro dalam tulisannya Melihat Indonesia Melalui Pos Ronda, mengungkapkan bahwa kemunculan pos ronda diawali dari pembentukan gardu-gardu di sekitar area pintu masuk keraton Jawa. Gardu tersebut mempunyai fungsi sebagai penunjuk kekuasaan raja saat itu.

Bahkan di era modern saat ini, perkumpulan yang kemudian hari menjadi organisasi masyarakat (ormas) juga berawal dari pos ronda. Tempat itu juga menjadi media berputarnya roda ekonomi kecil karena jadi tempat berkumpul, dan di sana segala macam obrolan dapat dibicarakan dengan cara yang hangat.

Jadi sebenarnya pos ronda itu bermanfaat loh, berbeda dengan pendapat Bang Fahri. Atau jangan-jangan nada komentar Bang Fahri yang terkesan negatif karena ia tidak diajak kumpul di pos ronda KIB ya? Hehehe. (I76)


Jika Indonesia Dijajah Spanyol?
Exit mobile version