“Kalau parpol Senayan mau menolak UU seluruhnya, tolak RUU sejak awal seluruhnya. Menolak di ujung setelah ikut membahas ribuan pasal dan menyetujuinya satu persatu sama juga bohong. Sebagai rakyat kita patut kritis terhadap mereka (Demokrat dan PKS) dong”. – Fahri Hamzah, Waketum Partai Gelora
Nama Fahri Hamzah memang masih menjadi salah satu magnet pemberitaan nasional. Sekalipun tak lagi menjabat sebagai anggota DPR karena memutuskan keluar dari PKS dan kemudian mendirikan Partai Gelora, setiap komentar Fahri masih jadi perhatian publik.
Nah, salah satunya mungkin publik menanti komentar Fahri terkait UU Cipta Kerja yang baru disahkan oleh DPR. Banyak penggemar Fahri yang sepertinya berharap Wakil Ketua Umum Partai Gelora itu seperti biasa akan berada di seberang pemerintah dan DPR. Sayangnya, kayaknya kalian harus gigit jari deh.
Soalnya, alih-alih mengkritik pemerintah, Fahri justru menunjuk dua partai yang menolak UU Cipta Kerja dan mengkritiknya. Ya, dua partai itu adalah Partai Demokrat dan PKS – mantan partai Fahri.
Menurutnya, motif politik PKS dan Demokrat perlu dicurigai. Soalnya, dua partai tersebut baru di akhir-akhir mengungkapkan ketidaksetujuannya setelah pembahasaan pasal-pasal yang ada dalam Undang-Undang tersebut. Ia menyebut bahwa jika pasal-pasal yang dibahas sudah disetujui di awal, tapi kemudian tidak disetujui lagi saat Rapat Paripurna, maka itu sama saja dengan berbohong.
Ibaratnya kayak orang yang pacaran, terus udah berkomitmen untuk merencanakan pernikahan. Tapi, setelah nabung dan merencanakan semuanya, eh jelang hari pernikahannya tiba-tiba si ceweknya membatalkan karena mantan pacarnya pengen balikan. Uppps.
Udah pasti nyesek banget rasanya kan. Ini bukan curhat loh ya, sekedar sharing pengelaman tetangga ruang kerja. Uppps. Hehehe.
Hmm, masuk akal sih yang dibilang oleh Fahri. Karena pasti masyarakat akan menaruh rasa curiga pada Demokrat dan PKS – sekalipun harus dibilang bahwa startegi yang dimainkan oleh dua partai tersebut bisa dibilang cerdik.
Mereka bisa memanfaatkan momentum untuk mendapatkan simpati masyarakat. Kalau momentumnya bisa terus dijaga, maka hasilnya akan bisa disaksikan pada Pemilu 2024 mendatang, atau bahkan yang dekat-dekat pada Pilkada 2020 ini.
Well, yang jelas buat para penggemar yang berharap Bang Fahri tetap keras pada pemerintah sepertinya bakal gigit jari terus ke depannya, soalnya roman-romannya doi bakal ada di garis kebijakan yang segaris dengan pemerintah terus. Maklumlah, ada partai baru soalnya. Uppps.
Tapi, apa yang dibilang Fahri tetap harus jadi perhatian sih. Menarik untuk ditunggu kelanjutannya. (S13)