“Selamat tinggal kisah tak berujung, kini ku kan berhenti berharap,” – Glenn Fredly, Sedih Tak Berujung
PinterPolitik.com
Dalam banyak kasus, kita tuh suka gak bisa menghindari rivalitas atau perseteruan dengan orang yang ada di sekitar kita. Niatnya mau udahan beradu argumen, eh ternyata ada aja yang membuat hubungan dengan orang yang dimaksud ini tetap kurang menyejukkan.
Nah, nuansa semacam ini mungkin aja tergambar dalam hubungan antara Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon dengan Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin. Tengok aja gimana keduanya terlibat saling sandir di hadapan media soal langkah Pak Jokowi ke Natuna.
Jadi, setelah Pak Jokowi meninjau kawasan yang kini sedang tegang itu, Pak Fadli menjalankan aktivitas biasanya yaitu mengritik pemerintahan Pak Jokowi. Kalau kata Pak Fadli, kalau kehadiran Pak Jokowi di kawasan tersebut tidak memberi dampak kepada Tiongkok, maka Indonesia makin tak berwibawa.
Pernyataan Pak Fadli ini kemudian menuai respons dari Pak Ngabalin. Kalau kata Pak Ngabalin, sebaiknya Pak Fadli ini menggunakan otak yang sehat sebagai anggota yang terhormat. Secara spesifik, Pak Ngabalin juga bilang kalau kehadiran Pak Jokowi justru memberikan pesan kalau Indonesia tidak main-main untuk urusan kedaulatan.
Eh, diberi pernyataan semacam itu, Pak Fadli ternyata kemudian merespons lagi. Kalau kata Pak Fadli, justru Pak Ngabalin yang seharusnya belajar diksi dan demokrasi lagi. Wah, jadi saling sahut gini ya.
Hmmm, kalau dipikir-pikir, nuansa semacam ini jadi mengingatkan kita ke situasi jelang Pilpres 2019. Kala itu, banyak pengamat yang menilai kalau Pak Ngabalin ini ditunjuk jadi tenaga ahli KSP untuk mengimbangi suara keras pengritik Pak Jokowi, termasuk Pak Fadl ini.
Secara khusus, pas Pilpres 2019 berlangsung keduanya memang jadi dua sosok vokal yang membela kandidat yang diusung masing-masing. Jadi, bisa dibilang, aksi saling sindir keduanya ini adalah kisah lanjutan dari rivalitas yang terdahulu.
Yang menarik, di atas kertas seharusnya keduanya gak lagi terlibat aksi saling kritik. Hal ini terkait dengan merapatnya Gerindra dan Ketumnya Pak Prabowo Subianto ke kabinet Pak Jokowi. Idealnya sih, Pak Fadli jadi bisa lebih meredam kritik dan menurunkan tensi dengan sosok seperti Pak Ngabalin.
Tapi kan itu di atas kertas. Kenyataannya ternyata hingga saat ini terjadi sebaliknya. Nah, apakah aksi saling sindir keduanya bakal jadi kisah tak berujung? Kita tunggu aja deh kelanjutannya. (H33)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.