“The highest reward for a man’s toil is not what he gets for it, but what he becomes by it” – John Ruskin, filsuf asal Inggris
Gengs, pasti kalian pernah dengar Manchester United kan? Nggak peduli suka atau tidak dengan sepak bola, mimin yakin kalian semua pasti tahu lah klub hebat bin dahsyat dari Negeri Ratu Inggris Elizabeth itu. Nah, ada kisah menarik dalam sejarah Man. United yang nanti bakal relate dengan kasus dalam tulisan ini.
Sebagaimana banyak klub sepak bola, Man. United memiliki sosok tokoh sentral yang melegenda. Adalah Sir Alex Ferguson atau yang punya panggilan Fergie. Ia adalah sosok legendaris milik klub peraih Treble Winner musim kompetisi 98/99 itu.
Kalian tahu nggak dari mana Fergie punya gelar kehormatan Sir? Usut punya usut, gelar itu diberikan oleh pihak kerajaan Inggris karena Fergie dinilai sudah membawa kehormatan dan kebanggaan negeri Inggris lewat sepak bola.
Prestasi kepelatihan Fergie mampu membuat Inggris semakin disegani. Bayangin, gelar Treble Winner yang diraihnya langsung menyedot perhatian dunia, cuy, sebab sebelumnya nggak pernah ada tuh pelatih dan klub yang berhasil menyandingkan ketiga gelar penting dalam kurun waktu semusim kompetisi sepanjang sejarah persepakbolaan Inggris.
Walhasil, pihak kerajaan yang turut terbuai euforia tersebut nggak ragu buat ngasih gelar kehormatan sebagai tanda jasa kepada Alex Ferguson.
Nah, kalau Man. United punya sejarah gelar kehormatan dari kerajaan, pun demikian halnya di Indonesia. Bahkan, pemerintah Indonesia tercatat memiliki lima tingkat gelar tanda jasa untuk masyarakat sipil, gengs. Salah satunya bernama Bintang Mahaputra Nararya.
Penghargaan ini diberikan oleh presiden kepada warga sipil yang dianggap telah berjasa secara luar biasa dan diserahkan saat peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI.
Misal di era Pak Harto dahulu, penghargaan ini diberikan kepada beberapa orang seperti mantan Menteri Penerangan Harmoko, mantan Menteri Perindustrian Ir. Hartarto. Sementara, di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), penghargaan ini diberikan kepada MANTAN Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lukman Hakim.
Kali ini, gelar itu akan diberikan kepada sejumlah anak bangsa yang berjasa, termasuk Fahri Hamzah dan Fadli Zon. Nah, kedua nama tersebutlah yang membuat mimin tertarik menulis artikel ini.
Bagaimana nggak, cuy? Keduanya lho dikenal pandai mengkritik pemerintah tapi anehnya justru pemerintah membalasnya dengan cinta kasih.
Sebetulnya, ini antara dua hal sih. Kalau nggak betul-betul berjasa seperti halnya Fergie di mata Kerajaan Inggris, ya mungkin pemerintah lagi memakai strategi perang Tiongkok yang berbunyi, “dekati lawanmu.” Upps.
Terlepas dari apa motifnya, mimin sebagai rakyat sih berprasangka baik aja. Siapa tahu memang kritikan yang dilontarkan oleh kedua tokoh tersebut diam-diam justru berdampak baik? Jadi, kita nggak perlu meragukan deh dan positive thinking saja. Hehehe.
Lagian juga, mereka berdua pernah sukses menyedot perhatian publik sewaktu sama-sama duduk di parlemen melalui perilaku sensasional keduanya yang tidak pernah absen mengkritisi setiap detail kebijakan pemerintah. Kenapa mimin bilang sukses? Ya, karena memang suatu prestasi lho membuat rakyat berpikir keras tuh.
Jadi, barangkali Bung Fadli dan Bung Fahri dianggap oleh pemerintah telah mampu melecut semangat kerja dan juga membuat rakyat semakin kritis. Ingat, kita harus berprasangka baik. Hehe. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.