HomeCelotehEvaluasi Tol Japek Menhub Budi Karya

Evaluasi Tol Japek Menhub Budi Karya

“Now, I ain’t no Gordon Ramsay, but I make the best damn rice” – Pink Guy, penyanyi rap komedi asal Jepang


PinterPolitik.com

Selesai sudah penantian warga untuk segera menggunakan jalan tol layang yang menghubungkan Jakarta dengan Cikampek (Japek). Infrastruktur elevated tersebut sudah dimulai konstruksinya sejak tahun 2017. Penantian itu berakhir setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) melaksanakan peresmian pada tanggal 12 Desember 2019.

Tentunya, animo masyarakat menjadi tinggi dengan dibukanya jalan tol baru yang bertepatan dengan musim liburan natal dan tahun baru. Dengan bersemangat, sebanyak ratusan ribu pengemudi mencoba jalan tol layang terpanjang di Indonesia secara gratis.

Namun, ekspektasi tinggi masyarakat tampaknya menemui kondisi-kondisi yang berbeda. Persoalan mengenai bergelombangnya jalan tersebut misalnya, dinilai mengganggu kenyamanan oleh beberapa pihak. Bahkan, juga dinilai dapat membahayakan pengemudi.

Selain jalan yang terlalu bergelombang, persoalan lain juga disebut menghantui jalan tol sepanjang 36,4 km tersebut, yakni tidak adanya jalur keluar (exit) dari awal hingga ujung. Kemacetan yang panjang turut menimbulkan penutupan sementara pada akhir pekan lalu.

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai bahwa hal ini dapat membuat pengemudi merasa tersandera dalam jalan tol, terutama ketika kemacetan panjang terjadi. Sampai-sampai, ada pengguna jalan tol terpaksa buang air kecil di tengah-tengah perjalanannya.

Hmm, kalau gitu, kasihan dong para pengguna jalan tol layang itu. Mungkin, pemerintah perlu nih mendengarkan beberapa keluhan pelanggannya terkait produk infrastruktur terbarunya.

Namun, tampaknya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memiliki pendapat yang berbeda nih. Beliau menilai bahwa jalan tol Japek II (elevated) itu merupakan jalan yang terbaik. “Japek is the best,” ujarnya.

Bahkan, Pak Budi menganalogikan jalan tol tersebut sebagai dagangan martabak. Dengan ramainya pengguna jalan yang melalui tol layang Japek, beliau merasa dagangannya tetap enak karena laris dibeli.

Hmm, iya sih ramai dibeli tetapi bukan berarti komentar pembeli dan penggunanya menjadi tidak berarti. Kan, sudah banyak juga pengguna jalan tol tersebut menyampaikan keluhan-keluhannya.

Sedikit agak mirip juga ya dengan acara-acara reality show yang dibawakan oleh koki selebriti Gordon Ramsay. Biasanya, dalam acara tersebut, terdapat pemilik restoran dan hotel itu merasa jasa dan barang yang dijajakannya merupakan yang terbaik meski mendapatkan banyak kritik. Hehe.

Mungkin, Pak Budi perlu ikut acara reality show milik Ramsay nih. Pasalnya, koki asal Inggris tersebut kerap datang ke restoran dan hotel yang dinilai memiliki banyak persoalan dan membantu mereka memperbaikinya.

Ya, bagaimanapun, pendapat para pengguna jalan tol Japek II sebagai pembeli martabak tetap berarti dan perlu didengarkan sebagai evaluasi yang lebih baik. Semua pun berharap agar jalan tol yang dulu ditunggu-tunggu itu tidak berakhir menjadi produk gagal di masa depan. (A43)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Baca juga :  2029 "Kiamat" Partai Berbasis Islam? 
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?