HomeCelotehErick Thohir Ngeri-ngeri Sedap?

Erick Thohir Ngeri-ngeri Sedap?

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir membagikan daftar judul film Indonesia yang paling disukainya sepanjang tahun 2022. Beberapa di antaranya adalah Ngeri-Ngeri Sedap (2022), Mencuri Raden Saleh (2022), Penyalin Cahaya (2021), dan KKN di Desa Penari (2022).


PinterPolitik.com

“Urip iku urup. Hidup itu harus bisa memberikan cahaya untuk orang lain” – Pak Pomo, Ngeri-Ngeri Sedap (2022)

Siapa sih yang nggak tersentuh dengan alur cerita yang dibangun oleh film Ngeri-Ngeri Sedap (2022). Film karya Bene Dion Rajagukguk ini merupakan salah satu film Indonesia yang disebut paling sukses menghipnotis para penonton di tahun 2022 – khususnya dalam membuat para penonton menangis.

Tentu, tahun 2022 bisa dibilang menjadi tahun kebangkitan bagi film-film Indonesia – apalagi usai pandemi Covid-19. Film KKN di Desa Penari (2022), misalnya, jadi film yang paling banyak ditonton di sejarah bioskop Indonesia.

Kebangkitan dunia perfilman Indonesia ini pastinya juga menggembirakan bagi penggemar film dalam negeri. Nah, mungkin, salah satu individu yang merasakan ini adalah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.

Gimana nggak? Di akhir tahun 2022 ini, Pak Erick membagikan daftar judul film yang paling disukainya sepanjang tahun ini ke akun media sosial (medsos) miliknya. Mengaku sebagai penggemar film, Pak Erick memasukkan sejumlah judul seperti Ngeri-Ngeri Sedap (2022), Mencuri Raden Saleh (2022), Penyalin Cahaya (2021), dan KKN di Desa Penari (2022).

Sebenarnya, apa yang dilakukan Pak Erick bukanlah hal baru kok. Sejumlah politisi juga melakukan hal yang sama. Salah satu sosok politisi populer yang kerap melakukan ini adalah Presiden ke-44 Amerika Serikat (AS) Barack Obama yang selalu membagikan daftar judul buku, judul film, hingga judul lagu yang paling disukainya dalam satu tahun.

Baca juga :  Dompet Berjalan Presiden RI? #PART2
2024 Bukan untuk Erick

Nah, menarik sebenarnya kalau mau diulik soal hubungan politik dengan dunia budaya populer macam film dan lagu seperti ini. Tentunya, memang, dua dunia ini saling bersinggungan – antara politik dan popular culture.

Sejalan dengan penjelasan Alan R. Gitelson, Robert L. Dudley, dan Melvin J. Dubnick dalam American Government: Myths and Realities, budaya populer turut membentuk cara kita berpikir atas realitas yang terjadi dalam politik dan pemerintahan.

Presiden ke-35 AS John F. Kennedy (JFK), misalnya, mampu mempengaruhi daftar insan perfilman AS yang sempat diblokir pada tahun 1950-an dan tahun 1960-an – salah satunya Dalton Trumbo yang di-blacklist Hollywood karena dianggap mendukung komunisme. Namun, berkat JFK yang akhirnya menonton Spartacus (1960), blacklisting itu kehilangan kredibilitasnya di mata masyarakat.

Nah, bukan nggak mungkin, seperti Obama, Pak Erick juga ingin terlihat relevan dalam pikiran masyarakat yang turut terbentuk oleh budaya populer. Siapa tahu akhirnya Pak Erick bisa terhubung dengan para calon pemilihnya yang juga menggemari film-film yang sama? Hehe.

Ya, masuk akal juga sih kalau benar itu yang menjadi motivasi Pak Erick buat sharing film-film tersebut. Kan, kompetisi Pak Erick agar bisa menuju kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 juga ngeringeri sedap tuh. Bukan begitu? (A43)


Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?