“Jatuh bangunnya negara ini sangat tergantung dari bangsa ini sendiri” – Mohammad Hatta, Wakil Presiden Pertama Indonesia
Gengs, kalian suka film petualangan nggak? Kalau suka, berarti kita berada di satu barisan.
Nah, ada satu film menarik yang cocok jadi pengantar tulisan ini, yakni The Chronicles of Narnia. Dalam Narnia pertama dengan tajuk The Lion, the Witch, and the Wardrobe, ada sosok yang paling menarik dipahami, yakni Edward.
Si Edward ini di awal kemunculannya bikin mimin berdecak, “Kayaknya orang ini jadi hero,” sebab Edward merupakan orang pertama yang mendukung penuh si adik, penemu Pulau Narnia, di saat kedua kakak mereka nggak ada yang percaya.
Namun, decakan kagum mimin tersebut runtuh seruntuh-runtuhnya. Edward nyatanya malah terbujuk rayuan si penyihir putih yang jahat sekali, cuy, hanya karena dikasih iming-iming bakal jadi pangeran dan bisa makan manisan sepuasnya.
Seiring pikiran Edward yang mulai terbuka dan mengerti betapa ia selama ini dibodohi oleh Si Penyihir Putih, ia pun berbalik menjadi penantang Si Penyihir. Bahkan Edward merupakan orang yang berhasil menghentikan kelalimannya.
Begitu Edward, dari orang yang diprediksi menjadi pahlawan, lantas sempat mengecewakan, kemudian pada akhirnya ia membuat ekspektasi penonton nggak bertepuk sebelah tangan.
Nah, kalau cerita Edward ini dibawa ke Indonesia dalam ruang politik, tampaknya tokoh pemerintah yang cocok memerankan karakternya ya Mas Erick Tohir, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Jujur aja ya, gengs, mimin nih di awal penunjukan Mas Erick sangat riang sekali. Bayangin lho. Ia sukses di banyak tempat, mulai menukangi Mahaka Group, terus merambah dunia persepakbolaan, lantas mendapat puja-puji setelah memuaskan para penikmat Asian Games.
Siapa coba yang nggak kesengsem? Sampai-sampai, Presiden Joko Widodo (Jokowi) nggak mau mikir dua kali buat nunjuk pengusaha hebat itu sebagai Menteri BUMN. Tapi, setelah Mas Erick bekerja kok rasa-rasanya ia nggak segarang seperti sebelumnya.
Nyatanya lho utang PLN menggelembung semakin besar sampai mencapai angka Rp 500 triliun. Itu pun ternyata pemerintah punya utang ke PLN sebesar Rp 45,42 triliun. Lha, gimana mau sembuh dari utang kalau pemerintahnya saja kebingungan membayar? Upps.
Belum lagi, utang yang akan segera jatuh tempo bernilai hampir Rp 2,5 triliun yang sedang melilit leher PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom). Nggak berhenti di soal makro saja nih permasalahannya, cuy.
Kemarin, muncul pemberitaan yang menampilkan keluh dan kesah masyarakat soal kesulitan memutus layanan atau berhenti langganan IndiHome. Bahkan, sampai ada yang sudah memutus, tapi masih saja mendapatkan tagihan. Duh biyung, begini amat yak nasib BUMN kita. Hiks
Kalau sudah begini, pertanyaannya bagaimana cara utang itu dilunasi? Apa mungkin susahnya memutus layanan IndiHome itu juga jadi salah satu cara menutup utang negara?
Hadeuhh, gimana nih Mas Erick? Ayo dong buktikan kinerjanya. Mimin lho masih menaruh kepercayaan kok bahwa siapa tahu Mas Erick bisa jadi kayak Edward yang tiba-tiba beneran mewujudkan ekspektasi awal. Hehehe. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.