Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta stasiun-stasiun pengisian bahan bakar milik Pertamina dan swasta menggratiskan fasilitas umum kamar kecil atau toilet. Mengapa Erick maunya toilet jadi gratis?
Setinggi apapun jabatan kita, sekaya apapun harta kita, namanya manusia pasti harus melakukan kegiatan “rahasia”, yakni buang air. Ya, mungkin ini tidak berlaku bagi pemimpin Korea Utara (Korut) yang disebut ajaib nan sakti sehingga tidak perlu buang air.
Tapi, tenang. Hal ini berlaku untuk Menteri Badan Usaha Milik Negara Indonesia (BUMN-I) dari alternate universe Bumi-45 yang bernama Erik Tohir. Layaknya manusia biasa di universe kita, Erik pun terkadang risau karena buang air tidak bisa diprediksi secara pasti.
Inilah mengapa Erik merasa perlu untuk mengetahui keberadaan toilet-toilet umum yang berada di rute-rute perjalanannya menuju kantor. Dari toilet yang berbayar, toilet yang nyaman, hingga toilet yang gratis, Erik pun hafal. Bisa dibilang, “semuanya” pasti aman bila kita pergi bersama Erik.
Namun, situasi menjadi berubah apabila Erik berada di tempat yang asing baginya, yakni ketika dirinya pergi ke daerah Jawa bagian timur. Di sana, Erik tidak tahu dan tidak hafal secara pasti toilet-toilet mana yang gratis dan nyaman.
Alhasil, ketika “urgensi” itu datang, Erik tanpa banyak berpikir langsung pergi menuju sebuah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang bertuliskan “Pertamani”. Ia pun langsung bergegas menuju ke salah satu bilik kecil yang tersedia di sana.
Seusai menyelesaikan “urgensi” tersebut, Erik pun bergegas untuk meninggalkan biliknya. Tiba-tiba, tanpa diduga oleh Erik, muncul suara yang seakan-akan memanggilnya, “Pak…, Pak.” Erik pun merasa merinding. “Suara siapa ini yang seolah-olah mengharapkan kedatanganku?” ucap Erik dalam batinnya.
Petugas: Pak! MasyaAllah, dipanggil berkali-kali kok ya nggak nyaut-nyaut. Ojo bengong wae, Pak. Hati-hati lho ngkok kesambet Pak’e!
Erik: Eh, Astaghfirullah! Saya kira siapa tadi. Kenapa ya, Pak?
Petugas: Bapak tadi kencing apa mandi? Jangan bohong. Saya bisa tahu.
Erik: Waduh, bapak ngintip saya tadi? Tidak. Aku terlecehkan.
Petugas: Bukanlah. Ini saya mau nentukan tarif penggunaan toilet bapak’e. Yaopo toh Pak’e iki?
Erik: Ya sudah. Ya sudah. Tadi saya cuma kencing kok.
Petugas: Oke, Pak. Berarti biayanya dua ribu rupiah, Pak. Monggo dimasukkan ke kotak ini.
Baca Juga: Partai Mana yang Disiram Erick?
Erik: Lho, buat apa? Saya kira ini toilet gratis.
Petugas: Ya, kan, biayanya ini buat maintenance, Pak.
Erik: Apa? Buat main tenis? Saya mau dong diajak sekali-sekali kalau gitu.
Petugas: MasyaAllah, Pak. Buat maintenance, artinya buat perawatan.
Erik: Bapak kalau perawatan di mana? Mantap nggak hasilnya?
Petugas: Yaelah, mbanyol terus ae Pak’e iki.
Erik: Ya sudah. Berapa kalau kencing?
Petugas: Dua ribu rupiah, Pak.
Erik: Kalau I love you?
Petugas: Three thousand~
Erik: Baby, take a chance ‘cause I want this to be something~
Petugas: To be opo, Pak?
Erik: For this to be free dong. Hehehe.
Petugas: Ya sudah, Pak. Saya capek lihat muka Pak Erik. Di ATM sebelah situ, ada Pak Erik. Di sini, ketemu lagi.
THE END.
(A43)
Baca Juga: Erick Thohir dan Pengeluar Uang
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.