HomeCelotehErick 'Disentil' Bawahan, Ada Apa?

Erick ‘Disentil’ Bawahan, Ada Apa?

“Time is the friend of the wonderful company, the enemy of the mediocre” – Warren Buffet, pengusaha asal Amerika Serikat


PinterPolitik.com

Gengs, apa yang akan kalian lakukan andai berada dalam satu tim sepak bola di mana ada pemain yang sangat mengganggumu? Oh ya, ini posisinya kalian kapten atau pemain kunci gitu, sedangkan dia pemain penting juga tapi masih di bawah kalian lah.

Kalau yang dilakukan petinggi Manchester United, pasti akan memberi peringatan dan menghardik pemain yang berani melawan kapten atau pemain kunci seperti itu. Kita ingat pasti kisah perseteruan Ronaldo dan Van Nistelroy yang berujung pada pembuangan nama terakhir dari tim inti kan.

Sebenarnya, nggak semua kapten atau pemain inti tuh harus dimenangkan saat adu cekcok dengan pemain bawahnya – selama kapten atau pemain inti tersebut berkepribadian baik dan memiliki pemahaman menyeluruh terhadap tupoksinya.

Ya, tentu saja kalau nggak seperti itu, maka sekalipun ia kapten, tetap harus ditegur – seperti yang dialami oleh Kapten Arsenal dulu, Gallas, yang dicopot kaptennya sebab sering bertikai dengan pemain lainnya.

Jadi, kuncinya ada dua ya, yakni jabatan pun kepribadian. Nah, hal itu semestinya harus dipahami oleh Bung Erick Tohir saat mendapat masukan atau sentilan halus dari bawahannya di Kementerian BUMN, yakni Alex Denni yang menjabat sebagai Deputi Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) dan Teknologi Informasi (TI).

Kalau misal kritikan yang memang membangun sih nggakpapa, itu pun harus disampaikan sesuai etika kementerian, di mana seyogianya nggak perlu diumbar ke publik lah, cuyMbok ya menjaga martabat lembaga yang di mana ia bisa makan dan hidup darinya. Upps.

Kali ini menurut mimin parah cuy karena mengumbar kekurangan BUMN). Pun apa yang disampaikan tuh nggak relate dengan hakikat BUMN.

Baca juga :  Jalan Ujung (Teman) Soeharto…

Coba kalian bayangin. Bung Alex nih membandingkan BUMN dengan perusahaan swasta seperti Nokia dan Blackberry dalam babagan sistem kerja. Bahkan, Bung Alex berkata kalau BUMN harus belajar pengalaman dari Nokia dan Blackberry yang jatuh sebab nggak ada watak tumbuh dan berkembangnya.

Ya, mimin sih sepakat sama Bung Alex bahwa BUMN butuh inovasi. Namun, ya nggak gitu juga kelleus cara analisis dan penyampaiannya. Jelas salah kaprah dong menyamakan antara perusahaan pelat merah dengan swasta.

Ini sama saja kayak film The Insurgence yang pengennya membuat semuanya di-setting sama. Padahal, kita tuh tahu, namanya swasta sama negeri ya berbeda. Justru, menurut mimin kalau masih membandingkan BUMN dengan swasta seperti itu, maka yang terjadi salah kaprah dalam pemahaman dan pembuatan kebijakan.

Pak Alex harus sadar, dalam management BUMN itu terdapat banyak faktor yang mempengaruhi – misal political interest dari berbagai kalangan dan birokrasi yang harus dirunut. Selain itu, memang tetap harus memperhatikan perkembangan perusahaan. Jadi, faktornya tuh nggak hanya inovasi. Hadeuh.(F46)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Megawati Sukses “Kontrol” Jokowi?

“Extraordinary claims require extraordinary evidence” – Carl Edward Sagan, astronom asal Amerika Serikat (AS) PinterPolitik.com Gengs, mimin mau berlagak bijak sebentar boleh, ya? Hehe. Kali ini, mimin mau berbagi pencerahan tentang...

Arief Poyuono ‘Tantang’ Erick Thohir?

“Orang hebat tidak dihasilkan dari kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan. Mereka dibentuk melalui kesulitan, tantangan, dan air mata” – Dahlan Iskan, mantan Menteri BUMN PinterPolitik.com Gengs, kalian...

Sri Mulyani ‘Tiru’ Soekarno?

“Tulislah tentang aku dengan tinta hitam atau tinta putihmu. Biarlah sejarah membaca dan menjawabnya” – Soekarno, Proklamator Indonesia PinterPolitik.com Tahukah kalian, apa yang menyebabkan Indonesia selalu...