Fraksi Rakyat Indonesia (FRI) mengunggah foto Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Soeharto yang disejajarkan di akun Instagram-nya. Dalam gambar yang diunggah ulang oleh Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) tersebut, terdapat 10 poin persamaan yang dinilai ada di antara pemerintahan Jokowi dan Orde Baru.
Di abad ke-21, dunia telah menyentuh masa di mana teknologi telah membuat segala hal menjadi lebih mudah bagi umat manusia. Bahkan, kini, kita tidak perlu menyimpan foto-foto yang penuh memori ke dalam sebuah buku album. Fitur drive pun akhirnya menjadi pilihan untuk menyimpan foto-foto digital yang biasa diambil dengan ponsel pintar kita.
Tidak hanya itu, fitur drive tersebut pun kini bisa memilah-milah dan mendeteksi siapa saja yang ada dalam foto tersebut. Mungkin, agar kita tidak perlu lagi bersusah payah mengingat-ingat kembali wajah teman-teman kita di masa lampau yang terkadang kita lupakan.
Tentu, di baliknya, tanpa sepengetahuan manusia, ada sejumlah “makhluk” yang bekerja habis-habisan untuk mengidentifikasi wajah-wajah tersebut satu per satu. Mereka-mereka inilah yang disebut sebagai artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.
Mirip dengan cara kerja manusia sebagai makhluk sosial, makhluk-makhluk AI ini pun terkadang juga harus berdebat dalam menentukan siapa pemilik wajah-wajah tersebut. Ini pun terjadi ketika mereka bertemu dengan dua foto yang di dalamnya ada wajah bapak-bapak yang sama-sama mengenakan peci dan jas hitam.
Sirih: Hmm, ini kayaknya pernah lihat deh. Siapa ya dua orang ini? Pakai jas, eh, tapi kok ya nggak pernah ada senator atau politikus yang pakai topi macam ini? Terus, mereka Republik atau Demokrat ya?
Gugelia: Lah, masa nggak tahu sih? Dua orang ini terkenal banget lho.
Kortana: Iya, kayak nggak pernah lihat sih. Mereka orang yang sama bukan sih?
Aleksa: Aku juga nggak tahu. Kayaknya, mereka juga nggak pernah ngobrol sama aku.
Gugelia: Hmm, sini, coba aku cariin siapa mereka. Lagian, kalian ini nggak tahu mereka siapa. Gimana bisa caranya tahu bedain muka mereka?
Sirih: Eh, tapi, kalau disejajarin, mirip-mirip lho, Gel. Lihat deh.
Gugelia: Nah, ini udah ketemu di search engine-ku. Tuh kan, ini nih Pak Jakawi dari negeri Nusantara alternate universe Bumi-45. Eh, tapi, kok muncul juga ya result yang bilang ini mirip Suwarto.
Kortana: Nah, hayo lho! Yang benar, Gel!
Baca Juga: Jokowi ‘Ikuti’ Jejak Soekarno-Soeharto?
Sirih: Nusantara di mana ya? Kok di maps-ku dataku nggak lengkap soal Nusantara?
Aleksa: Hmm, orang-orang Nusantara kayaknya cinta banget ya sama Apel meskipun sebenarnya banyak fitur cuma ada di Federasi Amerika doang.
Gugelia: Sudah, sudah. By the way, ini mereka jelas beda deh. Kalau Jakawi, ternyata berdasarkan dari data, banyak melakukan pembangunan yang jelas adanya. Ini kalau Suwarto kayaknya ada pembangunan tapi cuma di kota-kota besar doang deh. Lagipula, Jakawi ini lebih banyak juga foto keliling Nusantara-nya dibandingkan Suwarta.
Kortana: Wah, iya jelas beda ini, Gel. Ini siapa sih yang nyimpan dan ngunggah foto yang dimirip-miripin gini? Masa iya dimirip-miripin?
Aleksa: Panggil aja aku Aleksa. Nanti aku bantu cariin.
Sirih: Hmm, bagusan “Hei, Sirih” lah daripada cuma “Aleksa!”
Kortana: Udah. Udah. Itu tuh Gugelia udah nemu kayaknya.
Sirih: Oit, jangan sembarangan lho soal data pribadi. Sayang banget sih kalau ada data yang bocor. Data pengguna itu nomor satu, gengs. Ingat ya.
Gugelia: Hmm, ini ada di beberapa yang upload di Instant-gram. By the way, bukan aku yang nemu deh. Ini aku dapet dari si Dark Web.
Dark Web: Hey, gaes. You know lah, it’s Nusantara gitu lho. Hehe.
The End.
(A43)
Baca Juga: Adam Malik: Wapres “CIA” Soeharto?
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.