Site icon PinterPolitik.com

Elon Bersinar Meski Mati Lampu?

Elon Bersinar Meski Mati Lampu?

Elon Musk hadir di agenda B20 Summit Indonesia secara virtual. (Foto: Detik)

“Kami mengalami pemadaman listrik tiga menit sebelum panggilan ini. Itu sebabnya di sini benar-benar gelap” – Elon Musk, CEO Tesla


PinterPolitik.com

Mungkin, istilah ironi tidaklah asing di telinga. Namun, apakah kalian pernah mendengar istilah tentang ironi Socrates?

Secara leksikal, istilah ironi Socratic irony merujuk pada teknik yang digunakan dalam metode pengajaran Socrates. Ironi digunakan ketika seseorang mengatakan sesuatu yang menyampaikan pesan yang bertentangan dengan kata-kata harfiah.

Konon, sebuah ramalan menyebut kalau orang yang paling bijak di Athena adalah Socrates. Seorang murid bertanya langsung kepada Socrates, “Apakah anda adalah seorang yang bijak?” Socrates menjawab, “Mungkin, ramalan itu salah. Saya bukanlah orang yang Anda maksud.”

Jawaban Socrates yang tidak mengafirmasi ramalan itu dianggap sebagai ironi Socrates. Karena jika mengiyakan maka sesungguhnya

Socrates bukanlah orang yang benar-benar bijak karena tidak ada orang bijak yang mengatakan dirinya bijak. Jadi, jawaban Socrates yang tidak mengatakan dia bijak mengindikasikan bahwa itulah kebijaksanaan sesungguhnya.

Elon Musk: Indonesia Maju Bila…

Nah, persoalan ironi semacam ini juga muncul pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) B20. Ketika CEO Tesla dan Twitter, Elon Musk, menjadi salah satu pembicara,  ia harus gelap-gelapan dengan bantuan lilin.

Elon mengaku rumahnya sedang mengalami pemadaman listrik. Sontak, peserta pernyataan Elon ini mengundang gelak tawa peserta yang hadir.

Hmm, tawa mereka mungkin adalah ekspresi ironi. Coba deh bayangkan seorang Elon Musk yang dianggap salah satu orang terkaya di dunia – yang mana juga pemilik Tesla, SpaceX, dan Twitter  ternyata rumahnya tetap mati lampu.

Anyway, ada hal menarik yang sempat disampaikan oleh Elon untuk Indonesia. Ia berpesan kalau Indonesia ingin jadi bagian dari kekuatan ekonomi global 2045, Indonesia harus memiliki internet dengan kecepatan tinggi dan tentunya dapat dijangkau alias murah.

Sebab, kata pemilik baru Twitter ini, wilayah Indonesia sangat luas. Dengan adanya akses internet, maka masyarakat dapat dengan mudah belajar apapun – bahkan bisa didapatkan informasinya secara gratis.

Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah bagi Indonesia. Menurut data dari Speedtest Global Index, kecepatan internet Indonesia peringkat ke-9 dengan 22,41 Mbps bila dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, Angka ini kalah dari peringkat pertama Singapura dengan 108,37 Mbps dan Brunei di peringkat kedua dengan kecepatan 87,29 Mbps.

Di sisi lain, hampir seluruh negara setuju kalau internet merupakan perangkat yang sangat vital untuk menjawab tantangan industri – apalagi menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 yang sedang kita hadapi.

Sedikit memberikan penjelasan, revolusi industri 4,0 atau yang biasa disebut dengan industri generasi keempat merupakan sebuah era ketika sistem cerdas dan otomatis ikut campur dalam industri.

Di era ini, internet yang menjadi bagian dari perangkat industri haruslah optimal. Oleh karena itu, penting adanya penyediaan akses internet yang cepat dan murah.

Well, sebenarnya banyak pelajaran berharga dari nasihat-nasihat Elon untuk Indonesia. Bayangkan, di saat mati lampu saja, ia mampu bersinar melalui pesan-pesan pentingnya untuk bangsa ini.

Namun, jangan salah ditafsirkan ya. Kalau mau bersinar seperti Elon Musk, tidak harus pakai ritual mati lampu di rumah. Eh, di rumah kan mati lampu bukan karena terinspirasi Elon Musk tapi emang lagi kena pemadaman bergilir PLN ya? Kalau ini sih ironi beneran. Uppsss. Hehehe. (I76)


Attila Sang Hun: Dewa Perang yang Hampir Kuasai Dunia
Exit mobile version