Site icon PinterPolitik.com

Dramatis, Jokowi Setara Soeharto?

jokowi didampingi iriana naik kereta menuju kyiv ukraina 4 169

Presiden Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana saat berkunjung ke Ukraina. (Foto: CNN Indonesia)

Perjalanan Presiden Jokowi ke Ukraina dianggap begitu dramatis. Hal ini yang membuat sebagian orang ingin menyandingkannya dengan perjalanan Presiden Soeharto ke Bosnia. Btw, perjalanan dramatis itu ada di menu aplikasi pemesanan tiket gak sih? Hehehe.


PinterPolitik.com

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi kepala negara di kawasan Asia yang pertama kali menginjakkan kakinya di Ukraina, negara yang saat ini masih menjadi medan pertempuran. Peristiwa ini menjadi istimewa karena sebelumnya hanya pemimpin negara-negara Eropa saja yang mengunjungi Ukraina.

Berbagai pujian datang kepada Jokowi, salah satunya dari mantan Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru ,Tantowi Yahya. Dubes yang juga jago menyanyi Country ini  mengatakan bahwa perjalanan Jokowi ke Ukraina adalah “misi gila”. Tantowi secara dramatis menceritakan perjalanan Jokowi yang misalnya harus menaiki kereta api dari Polandia ke Ukraina selama kurang lebih 11 jam.

Sebagai tambahan, perjalanan Jokowi semakin terkesan dramatis dikarenakan kehadiran Ibu Negara Iriana Jokowi yang juga ikut dalam rombongan tersebut. Lantas, kenapa perjalanan diplomasi seperti ini seolah-olah harus dramatis?

Direktur Eksekutif Indonesian Institute of Advanced International Studies (Inadis) Ple Priatna, menyebutkan bahwa efek dramatis perlu dibuat dalam konteks diplomasi. Hal ini karena sebagai upaya untuk menciptakan pesan rasa saling percaya, pesan ini harus dramatis agar lebih mudah tersampaikan.

Mungkin peristiwa ini mirip dengan yang dilakukan oleh Presiden Korea Utara Kim Jong Un, saat melakukan kunjungan ke Vietnam dengan menggunakan kereta api. Dalam konteks ini, peristiwa kunjungan tersebut seolah ingin mengatakan bahwa pertemuan diplomasi haruslah punya cerita tersendiri.

Cerita-cerita seperti ini yang membuat pertemuan diplomasi viral dan diminati oleh banyak orang. Apalagi tidak bisa kita pungkiri bahwa masyarakat Indonesia cenderung menyukai sesuatu yang dramatis. Mungkin ini bisa disebut sebagai psychological drama, yaitu bentuk ekspresi emosi, pikiran dan perilaku, yang terlalu berlebihan dan tidak sesuai dengan situasi yang sesungguhnya.

Jokowi ke Ukraina

Hmm, tapi jika diingat-ingat kembali, sebenarnya Jokowi bukanlah Presiden RI pertama yang mengunjungi daerah konflik. Sekitar tahun 1995, Presiden Soeharto pun sempat menjadi juru damai di Bosnia-Herzegovina.

Kala itu, konflik Balkan tengah panas-panasnya. Ribuan rakyat Bosnia menjadi korban dan tentara Serbia menggelar aksi kejam untuk memusnahkan etnis Bosnia. Warga Muslim Bosnia menjadi korban genosida paling mengerikan setelah Perang Dunia II.

Perjalanan Presiden kedua Republik Indonesia itu juga tidak kalah dramatis. Diceritakan bahwa sebelum kunjungan itu terjadi, sebuah pesawat milik PBB yang melintas di Bosnia ditembak jatuh pada 11 Maret 1995. Kejadian itu memberikan tekanan yang tinggi bagi rombongan Indonesia yang ingin ke Bosnia.

Namun, Soeharto tetap pada pendiriannya untuk pergi ke medan tempur pada 13 Maret 1995, atau dua hari pasca insiden penembakan pesawat tersebut. Sikap teguh Soeharto itu dihormati oleh masyarakat Bosnia.

Aksi Soeharto ini ditandai dalam salah satu monumen pengingat perjalanan diplomasi damai yang dilakukan oleh Soeharto, yaitu masjid megah di ibu kota Bosnia. Masyarakat Bosnia menamai masjid itu sebagai Masjid Soeharto atau Masjid Indonesia.

Hmm, Jika Soeharto menjadi nama masjid karena yang diperjuangkan saat itu mempunyai relasi dengan umat Islam, maka nama Jokowi boleh juga nih jadi nama pelabuhan di Ukraina. Hal ini related dengan konteks yang diperjuangkan Jokowi dalam kunjungannya, yaitu soal pangan, khususnya suplai gandum. Hehehe. (I76)


Jokowi
Exit mobile version