HomeCelotehDi Balik Temu Gibran-Ganjar

Di Balik Temu Gibran-Ganjar

“What more can I say? We killin’ ‘em. Hold up before we end this campaign. As you can see, we done bodied the damn lames” – Kanye West & JAY-Z, “Otis” (2011)


PinterPolitik.com

Kolaborasi boleh jadi merupakan upaya yang bisa dibilang menguntungkan pihak-pihak di dalamnya. Dengan kolaborasi, dua pihak atau lebih akan mendapatkan poin tambahan dengan mengisi kekurangan masing-masing.

Kolaborasi seperti ini sebenarnya sering lho terjadi di banyak aspek kehidupan. Dalam musik, misalnya, para penyanyi kerap memberi kelebihan masing-masing guna menghasilkan sebuah karya yang indah.

Salah satu kolaborasi yang legendaris dalam hip-hop mungkin dapat ditemukan nih di album bersama antara Kanye West dan JAY-Z. Dalam sebuah album yang berjudul Watch The Throne, Kanye dan Jay bisa dibilang menghasilkan lagu-lagu yang dianggap fenomenal.

Tidak hanya di dunia musik, kolaborasi seperti ini juga terjadi lho di dunia bisnis. Chef Arnold Poernomo, misalnya, pernah kolaborasi lho dengan putra-putra dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) – Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep – di dunia bisnis kuliner.

Mungkin, karena terbiasa “kolaborasi”, Gibran pun kini menggunakan metode yang sama dalam kampanyenya di Solo. Soalnya nih, beberapa waktu lalu, Calon Wali Kota Solo tersebut melakukan “kolaborasi” lho dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Kabarnya, Mas Gibran dan Pak Ganjar ini melakukan blusukan bersama di Pasar Klitikan Solo. Selain itu, mereka berdua juga santap sarapan bersama di salah satu warung favorit Pak Jokowi. Hmm.

Ya, terlepas dari “kolaborasi” blusukan ini, keinginan Pak Ganjar buat ketemu Mas Gibran ini bukan nggak mungkin menimbulkan pertanyaan sih. Soalnya nih, beliau kan baru-baru ini menduduki puncak klasemen dalam sejumlah survei bursa calon presiden (capres) potensial di tahun 2024 mendatang.

Baca juga :  Megawati and The Queen’s Gambit

Hmm, apakah mungkin ya ini jadi salah satu manuver politik Pak Ganjar? Kan, barang kali beliau ingin “kolaborasi” juga dengan Pak Jokowi – melalui Mas Gibran. Hehe.

Pasalnya nih, bukan rahasia umum lagi kalau Pak Jokowi dan partainya, PDIP, sedang memiliki hubungan yang tidak akur. Hal ini disinyalir terjadi akibat tidak bersedianya sang presiden untuk memberikan ruang pengaruh yang besar pada partai berlambang kepala banteng itu.

Wah, apa mungkin ini jadi kesempatan juga ya buat Pak Ganjar? Kan, kalau mau maju di tahun 2024 mendatang, Gubernur Jateng ini juga harus menghadapi aral melintang lainnya, yakni kemungkinan dukungan PDIP yang bisa aja jatuh kepada Ketua DPR RI Puan Maharani – putri dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

Ya, bagaimana pun juga, Pak Jokowi sih punya pengaruh. Bukan tidak mungkin, pengaruh tersebut dapat berguna lho untuk mendukung sosok yang akan maju pada tahun 2024 nanti. Sinyal bahwa Jokowi akan mendukung seseorang pengganti ini menguat dengan munculnya nama-nama seperti Airlangga Hartarto dan Prabowo Subianto.

Tapi nih ya, andai kata benar ingin mendekati Pak Jokowi untuk tahun 2024, Pak Ganjar tentu saja perlu mencari partai politik lain dong. Kalau dibandingkan, Airlangga dan Prabowo kan ada partai masing-masing, yakni Golkar dan Gerindra.

Ya, terlepas benar atau nggak-nya kemungkinan manuver ini, Pak Ganjar tentu perlu mempersiapkan sejumlah strategi bila ingin mencalonkan diri di Pilpres 2024. Barang kali, Pak Ganjar perlu deh mencari kolaborasi-kolaborasi politik bagaikan JAY-Z dan Kanye West. Hehe. (A43)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?