“Politik dan agama telah kedaluwarsa. Waktunya telah tiba untuk ilmu pengetahuan dan spiritualitas” – Jawaharlal Nehru, negarawan India
PinterPolitik.com
Hey, gengs, pernah kepikiran nggak sih kalau ternyata persinggungan agama dengan politik sangat kuat? Lihat saja di Eropa, terutama pada abad pertengahan, Gereja yang seharusnya fokus mengantarkan umatnya untuk beribadah sesuai ‘yang wajar-wajar’ saja, malah memainkan unsur politik di dalamnya.
Organisasi keagamaan pun juga banyak yang kerasukan motif-motif politik. Dan itu berlangsung pada abad pertengahan – membuat Eropa berujung dihantui rasa kekecewaan terhadap kekuasaan gereja Katolik yang korup saat itu.
Untung saja, lahir segera abad pencerahan atau aufklarung di sana. Salah satu tokoh yang selalu terkenang akan aksinya menentang organisasi agama yang korup ya Voltaire. Katanya, “Apabila kita bicara tentang uang, maka semua orang sama agamanya.”
Apa yang kalian tangkap dari quote Voltaire ini, gengs? Kalau mimin sih ada dua saripati, yakni agama dan ekonomi politik. Maksudnya begini lho, cuy, agama selalu mengajarkan kehidupan yang baik, tetapi aktor-aktor di dalamnya kadang punya motif materi yang dibungkus pakai dalil suci.
Nah, pengantar di atas cocok nih kalau dibuat meneropong Majelis Ulama Indonesia (MUI). Pasalnya, Indonesia ini memang dari dulu selalu dipenuhi dengan kisah di mana organisasi keagamaan dan politik agak mesra.
Secara nih, pengurus MUI kan banyak juga yang selalu dikait-kaitkan dengan aktivitas politik. Ya, yang paling kelihatan jelas K.H. Ma’ruf Amin sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia.
Namun, dalam politik, kekuatan politis nggak melulu ada di struktural, bukan? Pun demikian di MUI. Masih banyak, cuy, ternyata yang punya pengaruh dalam politik.
Terbaru dan sampai menempati klasemen trending topic ya Ustaz Tengku Zulkarnain. For your information aja sih,Tengku ini kemarin melempar omongan pedas bin panas yang ditujukan buat nyinyir pemerintah begini, “Kalau Jokowi wafat, Kiai Maruf jadi presiden, baru saya banyak membantu. Tapi kalau salah tetap kritik.”.
Usut punya usut nih, ternyata Tengku begitu karena memang doi benci banget sama Jokowi. Alasannya sih – seperti yang mimin ceritakan tentang agama dan politik di awal – ternyata berpangkal pada sosok yang ada di belakang Jokowi yakni PDIP, yang menurut Tengku kurang respect terhadap kebutuhan agama, misal saat PDIP walkout dalam pembahasan UU Pornografi dan UU Pendidikan.
Ya nggakpapa sih, semuanya boleh berpendapat. Lagian, Tengku Zul nggak sekali dua kali melempar omongan keras bin kasar kepada pemerintah lho.
Barang kali, ramainya tagar #PecatTengkuZuldariMUI ini bukti kecintaan netizen yang pengen supaya MUI ini bersih dari motif politik. Tetapi nih, cuy, MUI kayaknya gimana pun bakal tetap politis deh.Secara, masih ada Kiai Ma’ruf Amin juga di MUI yang toh terlibat dalam aktivitas politik juga.
Kan sama toh sebenarnya antara keduanya, meski cuma beda tempat berdiri saja. Jadi, gimana dong? Atau perlu sekalian buat partai MUI? Kan, sudah ada di berbagai daerah. Hehehe. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.