Site icon PinterPolitik.com

Di Balik PKS Peduli NU-Muhammadiyah

Di Balik PKS Peduli NU Muhammadiyah

Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (kanan). (Foto: PKS Jakarta)

“Oknum-oknum ini mungkin mengira politik adalah menang-menangan saja” – Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan Indonesia.


PinterPolitik.com

Gengs, kira-kira bagaimana jadinya andai film politik tidak ada babak saling mengklaim takhta kekuasaan? Pasti membosankan, ya. Makanya, misal nih dalam serial Game of Thrones, terdapat pertikaian antara klan Lannister dan Targaryen untuk memenangkan klaim atas King’s Landing. Pun demikian halnya dalam film Aquaman, tampak sekali perebutan klaim atas takhta kerajaan Atlantis antara Arthur Curry vis-a-vis Ocean Master.

Lalu, bagaimana dengan cerita politik dalam kehidupan nyata? Ya, nggak ada beda sih, cuy, bahkan lebih parah adegannya meski tanpa hunusan pedang dan bau darah. Lha, gimana nggak parah? Klaim-klaim yang dilakukan bukan hanya memakai bahasa politik tetapi juga unsur ideologi keagamaannya.

Ibarat kata nih, kalau film kan jelas, yakni urusan politik maka bahasa konfliknya pun seputar pertarungan, kursi kerajaan, dan wilayah kekuasaan. Sementara, di Indonesia nih nggak, cuy. Targetnya politik tetapi bahasa yang digunakan komplit, mulai dari soal keagamaan sampai urusan moral.

Kasus terbaru, PKS secara mengejutkan berkomentar seputar mundurnya Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) dari Program Organisasi Penggerak (POP) milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Lewat sesepuh partai yang juga sedang menjabat sebagai Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, PKS mengecam langkah Kemendikbud yang sangat tidak bijak sebab terkesan mengabaikan peran NU dan Muhammadiyah di dunia pendidikan.

Sekilas, mimin sih nggak merasa aneh dengan sikap PKS, secara kan emang wajar cuy kalau partai  ini menyatakan sikap. Lhawong PKS juga punya hak politik.Namun, semakin mimin renungkan, kayaknya ada yang janggal.

Coba deh dipikir. Emang sejak kapan PKS secara jujur dan natural peduli sama NU dan Muhammadiyah sih, gengs?

Perasaan mimin nih PKS menunjukkan simpati khususnya ke NU tuh hanya dalam momentum-momentum tertentu, yang sayangnya rada-rada berbau kepentingan elektoral, secara NU punya massa yang cocok kalau dikonversi dalam bentuk kertas suara.

Kalian pasti ingat kan dengan kejadian Hari Santri dan Undang-Undang (UU) Pesantren? Dalam contoh dua kasus itu, PKS lho justru membuat aktivis NU kebakaran jenggot.

Pasalnya, tiba-tiba dalam situs PKS terdapat kalimat yang berbunyi seakan-akan PKS-lah yang mengusulkan Hari Santri 22 Oktober. Padahal, kita semua tahu bahwa Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) lewat kajiannya tentang Resolusi Jihad-lah yang menyodorkan Hari Santri ke Presiden.

Sedangkan soal UU Pesantren, sudah banyak lho yang paham kalau PKS dan partai pengusul lainnya, seperti PKB dan PPP sebenarnya punya agenda mendekati kantong-kantong pesantren saja. Masalahnya, kalau PKB dan PPP kan memang punya genetik NU. Sementara PKS tidak sekalipun ia punya tokoh NU.

Beda pandangan ideologis dan cerita, cuy. Demikian juga kalau mau ditelisik soal sejauh mana peran PKS terhadap Muhammadiyah. Percaya mimin deh, PAN-lah yang paling terlihat banyak berkontribusi.

Apakah PKS tidak sadar dengan itu semua? Tentu sadarlah, hanya saja mungkin PKS sebenarnya pengen ngetes aja sih: sejauh mana ia bisa masuk ke kantong-kantong yang diklaim milik partai-partai pesaingnya – PKB, PAN, dan PPP.

Lagian, PKS kayaknya sudah mulai mantap dengan politik zig-zag nih kendatipun agak berliku. Secara, beberapa kali agak berhasil sih menggoda massa, lihat saja perolehan suaranya.

Wah, kayaknya bakal ada sinetron ‘merebut’ hati NU dan Muhammadiyah deh. Dan, karena PKS sudah ambil start, kita patut menunggu bagaimana respons PKB, PPP, dan PAN, cuy. Bakal baper nggak nih mereka? Hehehe. (F46)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Exit mobile version